Link Contoh Karya dan Tata tulis ilmiah yang sesuai Pedoman Lomba mangga di download di ;
http://www.4shared.com/get/S8FrqhuM/CONTOH_KARYA__TATA__TULIS.html
MENDONGKRAK
PRODUK LOKAL DENGAN PENDEKATAN OVOP
PADA INKUBATOR BISNIS MELALUI
PEMBERDAYAAN
ORGANDA KAMPUS
Fitranty
Adirestuty
Nida Afifah
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
DAFTAR ISI
1.1
Latar
Belakang
Perdagangan bebas di kawasan Asean , atau yang
dikenal dengan CAFTA (China Asean Free
Trade Agreement) telah mulai dilakukan di tahun 2010 ini. Bahwa tahun 2010
inilah yang kemudian menjadi tonggak sejarah bagi Negara anggota utama Asean
(Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan Brunei) untuk
menyelenggarakan perdagangan bebas. CAFTA sepertinya sudah menjadi harga mati
bagi Negara-negara Asean untuk melahirkan kekuatan bersama melawan kompetisi
global.
Dengan disahkannya dan diberlakukannya CAFTA pada
awal tahun 2010 ini maka para pengusaha dalam negeri harus pintar dan cerdik
untuk membaca peluang. Karena, jika tidak maka ancaman gulung tikar atau
bangkrut bisa melanda para pengusaha
dalam negeri. Persaingan dalam perdagangan
internasional (atau pasar pada umumnya) amat ditentukan pada keunggulan yang
dimiliki atau keunggulan produk yang dihasilkan. Dalam hal ini Usaha kecil dan
menengah atau yang biasa disingkat UKM, yang dapat dikatakan sebagai tulang
punggung perekonomian nasional, masih belum memiliki kemampuan yang cukup
memadai untuk menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar global.
Sehingga
dalam hal ini perlu dilakukan kajian untuk mengidentifikasi produk unggulan
terutama yang berasal dari sektor usaha kecil menengah, sebagai proses
pengembangan sumber daya lokal dan optimalisasi atas potensi ekonomi daerah.
Pengembangan produk unggulan dan pengembangan UKM juga dapat menjadi strategi
yang efektif dalam pengembangan ekonomi daerah. Terlebih lagi pada daerah yang
tertinggal atau mempunyai ketimpangan ekonomi terhadap daerah/wilayah lain.
Selain itu, dengan adanya CAFTA juga mengharuskan
dua hal bagi produk dalam negeri. Yang pertama, produk dalam negeri harus
menjadi primadona di dalam negeri sendiri sehingga penjualan dalam negeri bisa
meningkat dan mampu bersaing dengan produk-produk negara asean yang lainnya.
Yang kedua, produk dalam negeri harus mampu pula menarik pasar luar negeri,
sehingga kegiatan ekspor dapat meningkat di era CAFTA ini. Jika kedua hal ini
dapat dilakukan, maka CAFTA bukanlah menjadi masalah bagi Indonesia namun
justru mampu membawa keuntungan tersendiri bagi peningkatan perekonomian.
Salah satu upaya
Pemerintah Indonesia untuk menghadapi
era CAFTA ini adalah menerapkan program One Village
One Product atau yang biasa disingkat
OVOP. Penerapan OVOP ini
digunakan untuk meningkatkan kualitas dan akses pasar industri kecil dan
menengah (IKM), tidak hanya meliputi IKM kerajinan, tapi juga makanan dan
minuman, produk herbal, dan interior, dan lain-lain ke tingkat global serta
diproduksi secara kontinyu dan konsisten. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menperin Nomor 78 Tahun 2007 tentang Peningkatan Efektifitas Pengembangan IKM
Melalui Pendekatan OVOP di Sentra pada 28 September 2007 lalu.
Namun di sisi lain pengembangan OVOP ini tidak
akan berjalan mulus tanpa diimbangi geliat entrepreneurship apalagi di tataran Perguruan
Tinggi. Menurut data Kementrian UKMK, kenyataanya
Indonesia hanya 0,24% saja yang berwirausaha. Usaha kecil dan menengah yang saat ini jumlahnya sekitar 51,26 juta unit
atau 99,91% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia dan memberikan sumbangan terhadap
PDB sebesar Rp. 2.609,4 triliun atau 55,6%, Penyerapan Tenaga Kerja 91,8 Juta
(97,33%) dan Kontribusi ekspor nonmigas
Rp 142,8 Triliun (20%). Dengan demikian Indonesia
membutuhkan sekitar 4,6 juta wirausaha, sementara jumlah yang tersedia berdasarkan
pendekatan usaha formal baru tersedia 564.240 entrepreneur atau masih dibutuhkan sekitar 4,07 juta entrepreneur baru.
Kesimpulannya
anak negeri kurang menyentuh kewirausahaan, membuat Indonesia sangat
tertingggal dari negara lain. Diakui atau tidak pada kenyataannya selama 350
tahun masa penjajahan sebagian besar rakyat Indonesia tidak mendapatkan
pendidikan yg seharusnya dan peluang untuk berwirausaha. Pendidikan kita
memiliki orientasi membentuk SDM pencari kerja bukan pencipta kerja hal itu
menjadi penghambat kemajuan kita dalam menggeliatkan entrepeneur di tingkat mahasiswa dan pelajar.
Dengan
permasalahan-permasalahan tersebut maka dibutuhkannya suatu gebrakan model baru
bagaiamana mendongkrak produk lokal agar bersaing di tatanan Internasional melalui
inkubator bisnis dengan pemberdayaan fungsi ORGANDA sehingga nantinya
diharapkan akan terjadi trickle down
effect yang berimbas pada kemajuan UKM di setiap daerah dengan pendekatan
OVOP.
Oleh
karena itulah, penulis mengangkat karya tulis ini denga judul: “Mendongkrak
Produk Lokal dengan Pendekatan Ovop pada Inkubator Bisnis Melalui Pemberdayaan
Organda Kampus”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
masalah yang diidentifikasikan dan telah dipaparkan dalam latar belakang, maka
dapat dirumuskan sebuah masalah yang menjadi fokus dan batasan kami dalam
membahas makalah ini yaitu:
Bagaimana
implementasi penerapan OVOP
pada inkubator bisnis melalui peran ORGANDA sebagai upaya meningkatkan daya saing produk lokal dalam
era CAFTA?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk menjelaskan peran
ORGANDA kampus sebagai media pengaplikasian OVOP dalam inkubator bisnis dalam
peningkatan potensi produk daerah, sehingga secara makro diharapkan dapat ikut
mensejahterakan masyarakat.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan
karya tulis ini tentunya diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak
diantaranya:
- Pemerintah
Karya tulis ini dapat dijadikan sebaai referensi
untuk mengembangkan OVOP dalam konteks pemberdayaan ORGANDA di tataran
Perguruan Tinggi sehingga secara tidak langsung Pemerintah turut pula mendukung
aktifitas ORGANDA dalam inkubator bisnisnya untuk mengangkat produk lokal
unggulan tiap daerah.
- Enterpreuneur
Jika konsep yang ada dalam karya tulis ini dapat
benar-benar diimplementasikan, maka manfaat terbesar yang akan diperoleh para
enterpreuneur adalah adanya peningkatan
baik kualitas dan kuantitas penjualan produk mereka, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri terutama dalam menghadapi era CAFTA.
- Akademisi (Mahasiswa dan Dosen)
Karya tulis ini dapat menjadi bahan yang menarik
untuk didskusikan serta dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk menghasilkan
temuan-temuan baru yang membangun dan
bermanfaat untuk semua pihak terkait.
Untuk
meminimalisasi kesalahpahaman dan menyamakan persepsi maka kami
cantumkan
definisi operasional sbb:
1. Mendongkrak
adalah meningkatkan prestasi, Jumlah, kualitas, dan pencapaian dibandingkan
dengan hasil sebelumnya.
2.
OVOP merupakan konsep One Village One Product yang bertujuan
meningkatkan produksi produk unggulan di tiap-tiap daerah.
3. Organda
Kampus merupakan organisasi mahasiswa yang menghimpun mahasiswa dari asal
daerah yang sama.
4. Produk
daerah disini merupakan produk-produk
lokal asli daerah yang dapat dipasarkan secara luas.
5. Inkubator
Bisnis merupakan suatu wadah (program )yang menampung
dan
mendukung ide bisnis dalam memberikan kemudahan untuk kemudian mengembangkan
usaha-usaha kecil menengah agar nantinya dapat berdiri sendiri.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Gambaran Umum pendekatan OVOP (One Village One Product)
The One village one
product movement (一村一品運動, Isson
Ippin Undō) (OVOP) is a Japanese regional development
program. It began in Ōita Prefecture in 1979 when the then-governor Morihiko Hiramatsu advocated the program. Implementation started in 1980. Communities
selectively produce goods with high added value. One village produces one competitive and staple product as a business to gain sales revenue to improve the standard
of living for the residents of that village.
OVOP (One Village One product) merupakan suatu konsep
atau program untuk menghasilkan satu jenis komoditas atau produk unggulan yang
berada di masing masing daerah. Ini merupakan konsep yang telah diterapkan di
Jepang sejak tahun 1980. Konsep serupa kemudian mulai juga diterapkan di
Thailand dengan istilah OTOP (One Tambon
One Product), di Philiphina dan Taiwan dengan istilah OTOP (One Town One Product).
Mengutip dari situs resmi OVOP, bersama Dr. Morihiko
OVOP memiliki slogan yaitu "let's
work together on what can do in the present condition" (http://www.ovop.jp/en)
Dari situs resmi OVOP pula kami mendapatkan
prinsip-prinsip plaksanaan OVOP, sebagai berikut:
Principles of OVOP
1. Local yet
global
Creating globally accepted products that reflect
pride in the local culture
2. Self-reliance
and Creativity
Realization of OVOP though independent actions
utilizing the potential of the region
3. Human
Resource Development
Fostering of people with a challenging and creative
spirit
Dari prinsipnya dapat kita pahami bahwa OVOP
memiliki konsep kuat untuk meningkatkan potensi produk unggulan milik daerah
untuk di bawa bersaing di pasar yang lebih luas bahkan global dan tetap
memiliki prinsip mengembangkan sumber daya manusia dengan tantangan untuk
meningkatkan kreativitas yang dimiliki. Hal ini dapat diaplikasikan dengan
Inkubator bisnis.
2.2.
Gambaran Umum Inkubator Bisnis
Business incubators are programs designed
to accelerate the successful development of entrepreneurial companies through an
array of business support resources and services, developed and orchestrated by
incubator management and offered both in the incubator and through its network
of contacts. Incubators vary in the way they deliver their services, in their
organizational structure, and in the types of clients they serve.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Businessincubator
)
Dari
definisi di atas, bisa kita pahami bahwa Inkubator bisnis merupakan program
yang dirancang khusus untuk kesuksesan perkembangan perusahaan wirausaha
melalui dukungan sumber daya dan layanan, pengembangan dan pengolahan oleh
manajemen Inkubator.
Menurut
Hon. Peter Reith, MP (2000) bahwa
inkubator dirancang untuk membantu usaha baru dan sedang berkembang sehingga
mapan dan mampu meraih laba dengan menyediakan informasi, konsultasi,
jasa-jasa, dan dukungan yang lain. Secara umum inkubator dikelola oleh sejumlah
staf dengan manajemen yang sangat efisien dengan menyediakan layanan “7S”,
yaitu: space, shared, services, support, skill development, seed capital, dan
synergy. (http://www.smecda.com/deputi7/)
1.
Space berarti inkubator menyediakan tempat untuk
mengembangkan usaha pada tahap awal.
2.
Shared ditujukan bahwa inkubator menyediakan fasilitas kantor
yang bisa digunakan secara bersama, misalnya resepsionis, ruang konferensi,
sistem telepon, faksimile, komputer, dan keamanan.
3.
Services meliputi konsultasi manajemen dan masalah pasar, aspek
keuangan dan hukum, informasi perdagangan dan teknologi.
4.
Support dalam artian inkubator membantu akses kepada
riset, jaringan profesional, teknologi, internasional, dan investasi.
5.
Skill
development dapat
dilakukan melalui latihan menyiapkan rencana bisnis, manajemen, dan kemampuan
lainnya.
6.
Seed
capital dapat dilakukan
melalui dana bergulir internal atau dengan membantu akses usaha kecil pada
sumber-sumber pendanaan atau lembaga keuangan yang ada.
7.
Synergy dimaksudkan kerjasama tenant atau persaingan antar tenant
dan jejaring (network) dengan pihak universitas, lembaga riset, usaha
swasta, profesional maupun dengan masyarakat internasional.
Berdasarkan
hal yang diteliti, maka penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik.
Menurut Winarno Surakhmad (1998:140) mengemukakan bahwa metode deskriptif
adalah suatu cara penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada
masa sekarang pada masalah aktual.
Data yang terkumpul
mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa. Dalam penulisan ini
masalah aktual yang dimaksud adalah persoalan pesatnya perkembangan industri lokal
namun belum ditunjang dengan entrepreneur yang professional dan
inkubator bisnis yang memadai sebagai
upaya mendongkrak produk lokal di era CAFTA yang kini sedang berlangsung.
Dari penulisan karya tulis ini
dimaksudkan untuk mengungkap permasalah kurangnya entrepreneur yang merupakan salah satu sektor penting dalam
perkembangan bisnis produk lokal yang akan mendorong pertumbuhan perekonomian
nasional. Dari data dan informasi yang didapatkan kemudian dihubungkan dengan
teori yang mendukung, maka dapat ditarik kesimpulan yang dapat mewakili
berbagai ide atau model pemecahan masalah yang selanjutnya dapat diterapkan
dalam kehidupan sesungguhnya khususnya kepada generasi muda di tingkat
Perguruan Tinggi.
Pengungkapan saran dan rekomendasi
ditujukan untuk perguruan tinggi dan praktisi ekonomi khususnya para penentu
kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan inkubator bisnis di tataran
Perguruan Tinggi yang menghasillkan stimulus untuk menciptakan semangat entrepreneurship. Saran dan rekomendasi bukan dimaksudkan untuk
menggurui atau memojokan salah satu pihak, akan tetapi hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan peran perguruan tinggi dalam medorong perkembangan ekonomi
melalui inkubator bisnis dengan pemberdayaan ORGANDA di Perguruan Tinggi.
3.2 Prosedur
Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
Metode penulisan merupakan
suatu cara untuk memperoleh pemecahan terhadap berbagai masalah penelitian.
Metode diperlukan agar tujuan penulisan dapat tercapai sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan, untuk memperoleh hasil yang baik harus digunakan metode
penelitian yang tepat.
Penulisan karya tulis ini banyak membutuhkan data dari
berbagai sumber. Data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengenali
masalah yang muncul dan menggunakannya untuk membantu melahirkan ide-ide
kreatif untuk mampu memecahkan permasalahan yang telah diangkat. Tentunya data
yang dikumpulkan bersifat akurat dan terpercaya.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penulisan ini adalah melalui instrumen sebagai berikut :
1.
Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data dari berbagai macam literatur
antara lain buku, majalah, laporan penelitian, peraturan-peraturan dan sumber
informasi lainnya yang mendukung penulisan ini.
2.
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang
berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitanya dengan variabel yang diteliti
melalui sumber bacaan, yang dapat menunjang terhadap penulisan malakah ini.
Alat yang digunakan
dalam pengumpulan data dalam penulisan ini adalah buku, media internet dan alat
pengumpulan data lainnya yang disesuaikan dengan sumber data dan jenis data
yang ingin diketahui. Sumber data yang banyak didapatkan dalam penyusunan
penulisan ini adalah sumber data sekunder yang diperoleh dari buku, surat
kabar, internet dan sumber-sumber lainnya yang relevan dengan permasalahan yang
diangkat.
Data-data yang telah terkumpul
dianalisis dengan membandingkan berbagai literatur dengan realita yang terjadi,
kemudian dirumuskan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dijadikan
solusi berupa gagasan kreatif yang bersumber dari pemikiran, teori yang
mendukung dan tekad untuk memberikan solusi mendongkrak produk lokal melalui
inkubator bisnis di tataran Perguruan Tinggi dalam persaingan di era CAFTA
dengan pemberdayaan fungsi ORGANDA.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis
4.1.1
Peran OVOP dan Inkubator Bisnis dalam Ekonomi Negara
Sudah bukan menjadi sebuah
rahasia lagi bahwa Indonesia merupakan bangsa dan Negara yang kaya. Indonesia
memiliki banyak daerah dengan keanekaragaman budaya dan unsur didalamnya.
Masing-masing daerah kebanyakan memiliki produk asli daerah sendiri. Hal inilah
yang menjadi topik pembahasan dalam makalah ini.
Pendekatan OVOP adalah
pendekatan yang memiliki konsep yang bertujuan untuk menghadirkan sebuah produk
sebagai ciri khas suatu daerah. Kampus sebagai tempat kumpulan mahasiswa dari
berbagai daerah, dapat menjadi sarana peningkatan pemasaran produk daerah asal.
Melalui ORGANDA mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat dapat ikut
berpartisipasi guna menigkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menjual produk
daerah asalnya di Inkubator bisnis kampus.
Inkubator bisnis telah lama
dikembangkan di beberapa negara maju. Di Amerika Serikat, misalnya, inkubator
telah berkembang sejak awal tahun 1980-an. Di Indonesia sendiri, inkubator
mulai dikembangkan sejak Departemen Koperasi ditingkatkan perannya yaitu
membina pengusaha kecil pada tahun 1992. Ketika itu, pemerintah mengambil
inisiatif untuk mengembangkan inkubator bekerjasama dengan perguruan tinggi.
Walaupun dengan keterbatasan dana pada saat itu, namun inkubator telah mendapat
sambutan yang sangat baik untuk terus dikembangkan.
4.1.2
Penerapan OVOP pada Inkubator Bisnis
Dari aspek kelembagaan, replikasi program OVOP
nampaknya dapat dikaitkan dengan program sentra bisnis, dimana terjadi
pemusatan produk OVOP.
Inilah kaitannya dengan Inkubator kampus sebagai
sentra melalui pemberdayaan ORGANDA nya. Seperti pada umumnya anggota sebuah
ORGANDA selalu memiliki link yang lebih banyak dan pengetahuan yang lebih
matang tentang daerahnya dan khususnya produk asli daerahnya. Dalam proses ini
meraka dapat berperan sebagai distributor produk lokal dari daerah asal
masing-masing.
Proses ini secara langsung maupun tidak, dapat
menjadi alat peningkat prestasi, kualitas produk asli daerah, dan juga dapat
meningkatkan pasar produk-produk daerah. Sebagai akibat dari perluasan pasar bagi produk OVOP yang
biasanya hanya dijual didaerah asli produk, sentalisasi melalui Inkubator
bisnis memudahkan konsumen luas memiliki produk suatu daerah secara efektif dan
efisien tanpa perlu mengeluarkan biaya perjalanan ke kota asal produk.
Eksistensi produk lokal daerah terlihat masih sangat
kurang tersoroti. Hanya segelintir orang yang tahu adanya produk unggulan suatu
daerah. Disamping karena barang-barang tersebut sulit ditemui, hal ini juga
disebabkan kurangnya fasilitas yang membantu perluasan pemasarannya, dan juga
kurang sadarnya para pemuda masa kini untuk ikut meningkatkan potensi
daerahnya.
Sentralisasi OVOP dapat juga sekaligus meningkatkan brand
produk tersebut. Hal ini mendorong produsen-produsen produk di daerah pun akan lebih kreatif dalam
menciptakan dan menginovasi produknya juga menjaga dan meningkatkan
kualitas demi peningkatan penjualan.
4.2 Sintesis
4.2.1 Organda
Kampus Sebagai Solusi Aplikatif Pendekatan OVOP pada Inkubator Bisnis
ORGANDA kampus merupakan
organisasi-organisasi daerah yang menghimpun mahasiswa-mahasiswa yang sama
daerah asalnya. Di setiap kampus tentu terdapat banyak ORGANDA yang menghimpun
mahasiswa dari masing-masing daerah asal mereka. ORGANDA memfasilitasi program-program
yang mendukung peningkatan mutu daerah mereka. Melalui pendekatan OVOP yang
diaplikasikan dalam inkubator bisnis kampus, tentu Organda dapat ikut
berpartisipasi dalam meningkatkan prestasi produksi daerah mereka dengan
menjadi distributor produk asli daerah dan dipasarkan di Inkubator bisnis
kampusnya.
Selain untuk memperluas pasar produksi produk,
melalui konsep OVOP ini dapat juga menjadikan Inkubator bisnis sebagai tempat
saling pertukaran informasi suatu daerah dengan daerah lainnya. Partisipasi
ORGANDA memegang peran untuk mengenalkan produk unggulan daerahnya dan dapat
member kontribusi untuk dan dapat mendongkrak prestasi-prestasi produk
masing-masing daerah. Secara luas efek pengaplikasian OVOP juga dapat
mengurangi beban perluasan distribusi produk di daerah, dan diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan para produsen-produsen melalui perluasan pasar
produknya.
Secara makro melalui metode OVOP dengan dipermudah
oleh ORGANDA Kampus dalam informasi dan penyaluran produk pada inkubator
bisnis, dapat meningkatkan produksi daerah begitu pula dengan mutu
kewirausahaannya.
Berkaitan dengan hal tersebut, guna peningkatan
kualitas kewirausahaan perlunya pengkajian masalah dan juga solusinya. Dr.
Suryana dalam bukunya Kewirausahaan (2006) menyatakan:
Di era pasar bebas dan persingan global diperlukan (1)barang dan jasa
unggulan dan berdaya saing tinggi, (2) Tingkat efisien yang tinggi, (3)
Kualitas Sumber daya manusia yang terampil, (4) Sistem pendidikan
kewirausahaan, (5) Kepribadian kreatif dan Inofatif, (6) Barang dan jasa baru
yang berbeda yang memiliki nilai tambah dan daya saing (Suryana, Kewirausaan,
2006: 80)
1. Barang jasa
unggulan dan berdaya saing tinggi, dapat diciptakan melalui konsep OVOP
yang menghendaki barang yang selalu dapat menjadi unggulan di suatu daerah,
sehingga para produsen akan berlomba untuk menjadikan produknya unggul.
2. Tingkat efisien yang tinggi, didapat melalui
pemusatan pasar yang menjadikan penjualan produk terpusan memberikan nilai
efisien bahkan tidak hanya untuk para produsen, tapi juga bagi para
konsumennya.
3. Kualitas Sumber Daya yang terampil, mengambil barang
produksi daerah tentunya merupakan barang yang dihasilkan oleh penduduk
setempat yang biasanya sudah sangat terampil dalam memproduksi produk.
4. Sistem pendidikan Kewirausahaan, melalui konsep
OVOP, dalam incubator bisnis masyarakat daerah diberikan pendidikan
kewirausahaan untuk nantinya dapat meningkatkan kualitas maupun pendapatannya.
5. Kepribadian kreatif dan inovatif bisa lahir dari
persaingan, dan tujuan menjadikan produk sebagai produk unggulan.
6. Barang jasa baru, ini merupakan hasil kreasi maupun
inovasi yang selalu dapat diciptalken oleh produsen dalam menghadapi tantangan
pasar yang luas.
Sehingga nantinya Organda kampus tidak hanya sekedar
perkumpulan mahasiswa sedaerah, tapi juga menjadi pelaku yang ikut
berpartisipasi dalam meningkatkan produk daerah sebagai kembanggan mereka.
Gambaran
proses penerapan konsep OVOP melalui Inkubator bisnis dengan mendayagunakan
ORGANDA
Contoh
Penerapan konsep OVOP dengan pemberdayaan ORGANDA pada Inkubator bisnis:
Organda kampus
Univeritas Pendidikan Indonesia;
No
|
ORGANDA
|
DAERAH
ASAL
|
PRODUK
|
1
|
IMT
|
Tasikmalaya
|
Kerajinan tangan
|
2
|
IKADA
|
Indramayu
|
Makanan Asinan
|
3
|
FILA UPI NTB
|
Lombok (NTB)
|
Assesoris(mutiara)
|
4
|
Dll
|
dll
|
dll
|
Dari
contoh daftar diatas tentu sedikitnya dapat dijadikan gambaran untuk
memberdayakan ORGANDA kampus dalam ikut serta meningkatkan potensi
daerah-daerahnya melalui inkubator bisnis.
BAB V
KESIMPULAN
Melalui
incubator bisnis dan juga dengan pengaplikasiann kebijakan yang telah dibuat
Pemerintah, yakni One Village One Product
(OVOP). Diupayakan dapat ikut serta berpartisipasi dalam mendongrak produk
unggulan daerah terutama saat Indonesia kini tengah dihadapkan pada fenomena
CAFTA (China Free Trade Area) menuntut Indonesia harus benar-benar memompa
peningkatan mutu dan pasar produk-produk dari daerah-daerah Indonesia dapat
menjadi produk unggulan yang tidak kalah
hebatnya dengan produk impor.
Aplikasi One Vilage One
Product pada Inkubator bisnis , yang kami bahas pada makalah kami ini,
yaitu melalui upaya pemberdayaan ORGANDA ( Organisasi Daerah) kampus dalam
pendistribusian dan melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah masing-masing
untuk mengembangkan produksi dan pemasaran usaha produk lokal unggulan darerrah
melalui INkubator Bisnis. Melalui konsep ini diharapkan akan memberi pengaruh
baik terhadap pengenalan dan perluasan pasar produk local daerah secara
nasional bahkan Internasional dalam pengawasan pemerintah melalui Inkubator bisnis.
5.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
Pemerintah hendaknya memudahkan akses fasilitas dan new OVOP system
ini secara sinergis dengan pelaku usaha yang termasuk dalam program OVOP
ini. OVOP harus terus dikembangkan karena potensinya yang besar untuk
berkontribusi pada perekonomian di era AFTA.
2. Bagi kalangan Akademisi dan Perguruan Tinggi
Melalui karya tulis ini, kami harapkan para kalangan akademisi dapat
terus ikut berpartisipasai dalam mendongkrak produk local dalam peningkatan
kualitas maupun pasarnya. Dan juga melalui karya tulis ini diharapkan akan
dilakukan penelitian selanjutnya ataupun pembahasan-pembahasan lanjutan dalam
pemberdayaan ORGANDA Kampus sebagai alat aplikasi dalam pengapllikasian
pendekatan OVOP di Inkubator bisnis sehingga kaum akademis juga ikut bergera
Kementrian
Perindustrian. Program OVOP. Tersedia :
Peraturan
Menperin Nomor 78 Tahun 2007 tentang Peningkatan Efektifitas
Pengembangan IKM Melalui
Pendekatan OVOP.