Pages

Senin, 24 Oktober 2011

TEORI EKONOMI PEMBANGUNAN

FB : Ade Suyitno Adeno. TWTR : @ade_suyitno.

 Next >> Contoh Artikel Nasional Pemenang Lomba Blog

Next> > Contoh Paper Internasional Conference

Next>> Contoh Karya Ilmiah Pemenang Nasional

Next>> Contoh Artikel Ilmiah Internasional

Next>> Contoh Esai /Essay Ilmiah Pemenang Limas UI


 Ade Suyitno


Ade Suyitno
Pendiri Indonesian Creative Youth (ICY)
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
085659932860
FB : Ade Suyitno Adeno. TWTR : @adeno.
TEORI – TEORI EKONOMI PEMBANGUNAN

Makalah Ini Di Susun Untuk memenuhi salah satu Tugas
Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan



ADE SUYITNO
0906576




PRODI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS





A.    TEORI MODERNISASI

Teori Modernisasi adalah teori pembangunan yang menyatakan bahwa pembangunan dapat dicapai melalui mengikuti proses pengembangan yang digunakan oleh negara-negara berkembang saat ini. Teori tindakan Talcott Parsons 'mendefinisikan kualitas yang membedakan "modern" dan "tradisional" masyarakat. Pendidikan dilihat sebagai kunci untuk menciptakan individu modern. Teknologi memainkan peran kunci dalam teori pembangunan karena diyakini bahwa teknologi ini dikembangkan dan diperkenalkan kepada negara-negara maju yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan ekonomi. Salah satu faktor kunci dalam Teori Modernisasi adalah keyakinan bahwa pembangunan memerlukan bantuan dari negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang untuk belajar dari perkembangan mereka. Dengan demikian, teori ini dibangun di atas teori bahwa ada kemungkinan untuk pengembangan yang sama dicapai antara negara maju dan dikembangkan lebih rendah.
 Teori Modernisasi muncul pada pasca perang dunia kedua, yaitu pada saat Amerika terancam kehilangan lawan dagang sehingga terjadi kejenuhan pasar dalam negeri; dari keterlibatan Amerika inilah negara-negara Eropa yang porak poranda seusai perang mulai bangkit dari keterpurukannya, keterlibatan ini bukan saja banyak ‘menolong’ negara-negara Eropa, tetapi di balik itu justru banyak memberikan keuntungan yang lebih bagi Amerika itu sendiri.
Pada perkembangannya kemudian, keberhasila pembangunan yang diterapkan pada negara-negara di Eropa ini memberikan pemikiran lanjut untuk melakukan ekspansi pasar ke negara-negara dunia Ketiga, dan banyak memberikan bantuan untuk pembangunannya; dalam kenyataannya, keberhasilan yang pernah diterapkan di Eropa, ternyata banyak mengalami kegagalan di negara-negara dunia Ketiga. Penjelasan tentang kegagalan ini memberikan inspirasi terhadap sarjana-sarjana sosial Amerika, yang kemudian dikelompokkan dalam satu teori besar, dan dikenal sebagai teori Modernisasi (Budiman, dalam: Frank, 1984: ix).
Asumsi dasar dari teori modernisasi mencakup: (1) Bertolak dari dua kutub dikotomis yaitu antara masyarakat modern (masyarakat negara-negara maju) dan masyarakat tradisional (masyarakat negara-negara berkembang); (2) Peranan negara-negara maju sangat dominan dan dianggap positif, yaitu dengan menularkan nilai-nilai modern disamping memberikan bantuan modal dan teknologi. Tekanan kegagalan pembangunan bukan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal melainkan internal; (3) Resep pembangunan yang ditawarkan bisa berlaku untuk siapa, kapan dan dimana saja (Budiman, dalam : Frank, 1984: x). Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi ini adalah, modernisasi seolah-olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri. Asumsi ini ternyata banyak menimbulkan komentar dari berbagai fihak, terytama dari kelompok pendukung teori Dependensi, sehingga timbul paradigma baru yang dikenal sebagai teori Modernisasi Baru (Suwarsono-So, 1991: 58-61).
Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum di dunia ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil pertanian dan kelompok negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas saling menguntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang memproduksi barang industri mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya sedangkan negara yang memproduksi hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin). Dari permasalahan diatas maka muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yang menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat di dalam negara tersebut. Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori modernisasi yaitu :
1. Teori Harrod – Domar : Modal dan Investasi
Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori ekonomi pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka berkesimpulan bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya modal dan investasi.
2. Teori Max Weber : Etika Protestan
Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog modern. Teori Max Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan disini mempunyai peran yang menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam masyarakat dapat terlaksana.
3. Teori David McCleland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach
David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan pada aspek-aspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi. Kalau manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka proses pembangunan dalam masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan baik.
4. Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow adalah seorang ahli ekonomi, perhatiannya bukan hanya pada masalah ekonomi dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow sendiri pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Untuk menuju ke proses ini maka rostow membaginya menjadi lima tahap, yaitu :
a. Masyarakat tradisional
Perlunya penguasaan ilmu pengetahuan agar kehidupan dan kemajuan masyarakat dapat berkembang.
b. Prakondisi untuk lepas landas
Proses ini memerlukan adanya campur tangan dari luar atau masyarakat yang sudah maju. Dengan campur tangan dari luar ini maka mulai berkembang ide pembaharuan.
c. Lepas landas
Periode ini akan ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
d. Bergerak ke kedewasaan
Periode ini ditandai perkembangan industri yang sangat pesat dan memantapkan posisinya dalam perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di inpor, sekarang dapat diproduksi di dalam negeri. Yang diproduksikan bukan hanya terbatas pada barang konsumsi tetapi juga barang modal.
e. Jaman konsumsi masal yang tinggi
 Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus.
Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk menuju ke proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus memenuhi tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu : a. Peningkatan investasi pada sektor produktif,   b. Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi,  c. Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai dorongan gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi terjadi dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari lepas landas, disamping itu juga lembaga-lembaga ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses berkesinambungan. Dengan memperhatikan tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian tahap konsumsi masal yang tinggi akan tercapai.
5. Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern
Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material dalam hal ini lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya factor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti : keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa. Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa. Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.
Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya merupakan perbedaan penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam menciptakan manusia yang akan membangun maupun dalam mempersiapkan sarana material untuk pembangunan itu sendiri. Tetapi pada dasarnya, inti dari teori-teori ini adalah sama.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari persoalan mengenai mengapa ada Negara-negara yang tertinggal (miskin). Bagi teori modernisasi cukup jelas, bahwa negara-negara tersebut belum maju atau masih bersifat tradisional atau belum berhasil lepas landas karena baik orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup di masyarakat tersebut belum modern sehingga tidak menopang pembangunan. Maka dari itu, untuk menanggulangi permasalahan ini perlu diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan sarana atau lembaga modern untuk menopang proses pembangunan. Demi maksud ini maka perlu campur tangan dan dukungan dari Negara-negara yang sudah maju atau modern.

B.     TEORI KETERGANTUNGAN

Keterbelakangan yang dialami oleh negara-negara berkembang yang telah secara intensif mendapat bantuan dari negara-negara maju menyebabkan ketidak-puasan terhadap asumsi-asumsi yang dikemukakan oleh teori modernisasi. Keadaan ini menimbulkan reaksi keras dari para pemerhati masalah-masalah sosial yang kemudian mendorong timbulnya teori dependensi. Teori ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah negara-negara dunia ke-tiga kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan), secara ekstrim dikatakan bahwa kemajuan atau kemakmuran dari negara-negara maju pada kenyataannya menyebabkan keterbelakangan dari negara-negara lainnya (‘the development of underdevelopment’); siapa sebenarnya yang menolong dan siapa yang ditolong ?. Andre Gunter Frank (1967) dianggap sebagai salah seorang tokoh pencetus teori Dependensi ini mengatakan bahwa keterbelakangan justru merupakan hasil dari kontak yang diadakan oleh negara-negara berkembang dengan negara-negara maju (Budiman, dalam : Frank, 1984: xii-xiii).
Asumsi dasar dari teori Dependensi mencakup: (1) Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh negara dunia Ketiga; (2) Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh ‘faktor luar’; (3) Permasalah ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat mengalirnya surplus ekonomi dari negara dunia Ketiga ke negara maju; (4) Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global; dan (5) Keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan (Suwarsono-So, 1991: 111).
Teori Dependensi ini bukannya tanpa kekurangan, bahkan kritik yang dilomtarkan mungkin lebih banyak dari sanggahan terhadap teori Modernisasi (Suwarsono-So, 1991: 137). Salah satu persoalan yang luput dari perhatian teori Dependensi adalah kurangnya pembahasan tentang kolonialisme yang pernah tumbuh subur dikebanyakan negara-negara berkembang. Menurut perspeksif Dependensi, pemerintahan kolonial didirikan dengan tujuan menjaga stabilitas pemerintahan jajahan, dan pemerintahan ini tidak akan pernah dibentuk dengan tujuan untuk membangun negara pinggiran (Suwarsono-So, 1991: 121).
Tokoh utama dari teori Dependensi adalah Theotonio Dos Santos dan Andre Gunder Frank. Theotonio Dos Santos sendiri mendefinisikan bahwa ketergantungan adalah hubungan relasional yang tidak imbang antara negara maju dan negara miskin dalam pembangunan di kedua kelompok negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa kemajuan negara Dunia Ketiga hanyalah akibat dari ekspansi ekonomi negara maju dengan kapitalismenya. Jika terjadi sesuatu negatif di negara maju, maka negara berkembang akan mendapat dampak negatifnya pula. Sedangkan jika hal negatif terjadi di negara berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak tersebut. Sebuah hubungan yang tidak imbang. Artinya, positif-negatif dampak  berkembang pembangunan di negara maju akan dapat membawa dampak pada negara, (theotonio dos santos, review, vol. 60, 231).
Pada titik ini teori ketergantungan itu dipandang sebagai sebuah cara yang mungkin untuk menjelaskan kemiskinan terus-menerus dari negara-negara miskin. Pendekatan neoklasik tradisional mengatakan hampir tidak ada pada pertanyaan ini kecuali untuk menegaskan bahwa negara-negara miskin terlambat datang ke praktik-praktik ekonomi yang padat dan begitu mereka mempelajari teknik-teknik ekonomi modern, maka kemiskinan akan mulai mereda. Ketergantungan dapat didefinisikan sebagai suatu penjelasan tentang pembangunan ekonomi suatu negara dalam hal pengaruh eksternal - politik, ekonomi, dan budaya - pada kebijakan pembangunan nasional (Osvaldo Sunkel, "Kebijakan Pembangunan Nasional dan Eksternal Ketergantungan di Amerika Latin," Jurnal Studi Pembangunan, Vol 6,. no. 1 Oktober 1969, hal 23).
1.Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
2.Perdebatan tentang imperialisme dan kolonialisme. Hal ini muncul untuk menjawab pertanyaan tentang apa alasan bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspansi dan menguasai negara-negara lain secara politisi dan ekonomis. Ada tiga teori:
1.   Teori God: Adanya misi menyebarkan agama.
2.   Teori Glory: Kehausan akan kekuasaan dan kebesaran.
3.   Teori Gospel: Motivasi demi keuntungan ekonomi.
3.Paul Baran: Sentuhan Yang Mematikan Dan Kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran, system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh-tokoh di atas, yakni:
1.Andre Guner Frank : Pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2. Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni : a. Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat eksploitatif. b.  Ketergantungan Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan financial-industri. c. Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui monopoli teknologi industri.
Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan Karl Marx. Salah satu kelompok teori yang tergolong teori struktiral ini adalah teori ketergantungan yang lahir dari 2 induk, yakni seorang ahli pemikiran liberal Raul Prebiesch dan teori-teori Marx tentangimperialisme dan kolonialisme serta seorang pemikir marxis yang merevisi pandangan marxis tentang cara produksi Asia yaitu, Paul Baran.
1.Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
2.Perdebatan tentang imperialisme dan kolonialisme. Hal ini muncul untuk menjawab pertanyaan tentang alasan apa bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspansi dan menguasai negara-negara lain secara politisi dan ekonomis. Ada tiga teori: a.Teori God:adanya misi menyebarkan agama. b.Teori Glory:kehausan akan kekuasaan dan kebesaran. c.Teori Gospel:motivasi demi keuntungan ekonomi.
3.Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran, system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh tokoh di atas, yakni:
1.Andre Guner Frank : pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank  keterbelakangan hanya dapat  diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2.Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni a.Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat eksploitatif. b.Ketergantungan Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan financial-industri. c.Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui monopoli teknologi industri.

C.    TEORI-TEORI PASCA-KETERGANTUNGAN

1. TEORI LIBERAL
Teori liberal pada dasarnya tidak banyak dipengaruhi oleh teori ketergantungan, teori liberal tetap berjalan seperti sebelumnya yakni mengukuti asumsi-asumsi bahwa modal dan investasi adalah masalah utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Teori yang dianut oleh para ahli ekonomi ini lebih mengembangkan diri pada keterampilan teknisnya, yakni bagaimana membuat table input-output yang baik, bagaimana  mengukur keterkaitan diantara berbagai sector ekonomi dan sebagainya. Tentu saja bukan tidak berguna. Tetapi, yang kurang dipersoalkan adalah bagaimana faktor politik bisa dimasukkan ke dalam model mereka.
    Kritik terhadap teori liberal pada umumnya berkisar pada ketajaman definisi dari teori ketergantungan. Definisi yang ada dianggap terlalu kabur, sulit dijadikan sesuatu yang operasional. Tanpa kejelasan dan ketajaman konsep – konsep dasarnya, teori ketergantungan lebih merupakan sebuah retorika belaka.
Agar konsep ketergantungan dapat di pakai untuk menyusun teori, maka ada dua kriteria yang harus dipenuhinya, yaitu: a. Gejala ketergantungan ini harus hanya ada di negara – negara yang ekonominya mengalami ketergantungan dan tidak di negara yang tidak tergantung dengan negara lain. b. Gejala ini mempengaruhi perkembangan dan pola pembangunan di negara – negara yang tergantung.· Dari penelitiannya terhadap aspek ekonomi dan sosiopolitik dari gejala ketergantungan , Lall melihat bahwa gejala ini juga terdapat di Negara-negara yang dianggap tidak tergantung. Misalnya tentang dominasi modal asing.\
2. TEORI ARTIKULASI
Mula-mula dikembangkan oleh Claude, Meillassoux dan Pierre Philippe Rey. Berititik tolak dari konsep formasi sosial · Dalam Marxisme dikenal konsep cara produksi (mode of production) , misalnya cara produksi kapitalis, cara produksi sosialis, dsb. Masing-masing cara produksi tersebut mempunyai ciri sendiri dibandingkan dengan cara produksi lainnya. Ada peralihan dari satu cara produksi ke produksi lain. Peralihan itu memakan waktu berabad-abad. Pada waktu peralihan inilah dimungkinan ada beberapa cara produksi sekaligus. Pada tataran nyata dimungkinkan cara produksi kapitalis bersamaan dengan cara produksi feodal. Kondisi diatas dinamakan formasi sosial, yaitu ada cara produksi yg lebih dari satu ada bersama.
Menurut Marx: Di satu formasi sosial, ada 1 jenis cara produksi yang menguasai cara produksi lainnya. Cara produksi yg dominan ini berfungsi seperti memberi pengaruh dan mengubah sifat-sifat utama dari cara produksi lainnya. Bila cara produksi feodal dominan maka disebut formasi sosial feodal. Perbedaan dominasi itu yg memunculkan konsep artikulasi.  Pendapat Teori Artikulasi: Kapitalisme di negara Pinggiran tidak bisa berkembang karena artikulasinya atau kombinasi unsurunsurnya tidak efisien. Kegagalan kapitalisme di negara pinggiran karena cara produksi yang ada di negara tersebut saling bertentangan dan menghambat.
Teori Artikulasi disebut juga sebagai teori yang memakai pendekatan cara produksi. Pada teori ini, persoalan keterbelakangan dilihat dalam lingkungan proses produksi. Bagi teori artikulasi, keterbelakangan di Negara-negara duniaketiga harus di dilihat sebagai  egagalan dari kapitalisme untuk berfungsi secara murni. Sebagai akibat dari adanya cara produksi lain di Negara-negara tersebut.
3. BILL WAREN
Warren membantah inti teori ketergantungan, yakni bahwa perkembangan kapitalisme di Negara-negara pusat dan pinggiran berbeda. Menurutnya, kapitalisme di Negara manapun sama. · Inti dari kritik Warren adalah :
§   Bahwa dalam kenyataannya, negara-negara yang tergantung menunjukkan kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi dan proses industrialisasinya.  Bahkan  kemajuan ini menunjukkan bahwa negara-negara yang tergantung ini sedang mengarah pada pembangunan yang mandiri. (Hal ini berbeda dengan pandangan kaum Marxis)
§   Oleh karena itu, dia menyimpulkan : “Jadi, berlawanan dengan pendapat umum yang ada, dunia ketiga tidak mengalami kemandekan secara relative maupun absolut setelah perang dunia ke dua, sebaliknya, kemajuan yang berarti dalam hal kemakmuran material dan pembangunan kekuatan produksi telah tercapai, dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan sebelum perang. Kenyataan ini juga berlawanan dengan pandangan kaum marxis yang menyatakan bahwa pembangunan nasional yang mengikuti jalan kapitalis bisa terjadi di dunia ketiga”.

D.    TEORI BARU

Ekonom perkembangan yang paling menonjol kontemporer mungkin adalah pemenang Nobel Amartya Sen, teori-teori terbaru seputar pertanyaan tentang apa variabel atau input berkorelasi atau mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang paling pendidikan dasar, menengah, atau lebih tinggi, stabilitas kebijakan pemerintah, tarif dan subsidi, pengadilan yang adil sistem, infrastruktur yang tersedia, ketersediaan perawatan medis, perawatan prenatal dan air bersih, kemudahan masuk dan keluar ke dalam perdagangan, dan kesetaraan distribusi pendapatan (misalnya, seperti ditunjukkan oleh koefisien Gini ), dan bagaimana membantu pemerintah tentang kebijakan makroekonomi, yang meliputi semua kebijakan yang mempengaruhi perekonomian. Education enables countries to adapt the latest technology and creates an environment for new innovations. Pendidikan memungkinkan negara untuk mengadaptasi teknologi terbaru dan menciptakan lingkungan untuk inovasi baru. Berikut ini teori-teori yang termasuk kedalam golongan teori baru :
Ø  Teori Geografi Ekonomi (NEG)
Yang paling penting dari teori ini adalah keuntungan-keuntungan aglomerasi yang muncul dari perilaku pelaku-pelaku ekonomi yang mencari penghematan aglomerasi baik penghematan lokasi maupun urbanisasi. Penghematan lokalisasi terjadi apabila biaya produksi perusahan pada suatu industri tersebut meningkat (dengan berlokasi dekat perusahan lain dalam industri yang sama, satu perusahan dapat menikmati beberapa manfaat). Sedangkan urbanization economics terjadi bila biaya produksi satu perusahaan menurun ketika produksi seluruh perusahaan dalam wilayah perkotaan yang sama meningkat. Penghematan ini akibat skala perekonomian kota yang besar, buka satu skala satu jenis industri. Penghematan urbanisasi memberi manfaat bagi semua perusahaan diseluruh kota tidak hanya perusahaan dalam satu industri tertentu. Teori-teori klasik yang tradisional berpendapat bahwa kluster industri muncul terutama karena biaya transportasi dan produksi dan produksi (Isard, 1956; Weber, 1990) sehingga adanya penghematan dengan asumsi bahwa basis geografis bahan mentah, ukuran lokasi konsumsi dan tenaga kerja tidak mudah berpindah dan jumlahnya yang tidak terbatas.
Ø  Teori Perdagangan Baru
David Ricardo; Teori keunggulan komparatif mengajukan dalil bahwa :
·         Negara berdagang untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan sumber daya alam yang mereka miliki.
·         Daerah akan berspesialisasi berdasarkan keunggulan komparatif  yang mereka miliki. Heckscher; Teori H-Q dalam bukunya “Foreing Trade and the Distribution of Income “ (1991) keunggulan komparatif ditentukan oleh distribusi sumber daya absolut antar negara, khususnya oleh rasioendowment relatif antar negara. (Johns, 1985 : 178-81).
Ketiga teori ini menunjukkan kesemaan yang tidak terlalu spesifk bahwa ketiganya melihat pertumbuhan ekonomi didorong oleh faktor produksi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki sebagai satu faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun satu kelemahan dari teori ini bahwa masyarakat tidak banyak mendapat kesempatan sebagai pelaku ekonomi pasar. Kegiatan perekonomian akan lebih didominasi oleh pemerintah ataupun pengusaha yang bermitra dengan pemerintah. Disisi lain penguasaan sumber-sumber ekonomi akan lebih mengara kepada sistem kapital.
Ø  Teori Pertumbuhan Ba ru (NGT)
Teori ini dikenal dengan teori pertumbuhan endogen yang menganalisa pertumbuhan endogen karena menganggap pertumbuhan GNP lebih ditentukan oleh sistem proses produksi dan bukan berasal dari luar sistem, dan menjelaskan faktor-faktor yang menentukan ukuran tingkat pertumbuhan GDP yang belum dijelaskan dan dianggap ditentukan secara eksogen persamaan pertumbuhan neo-klasik. Implikasi terhadap pentingnya tabungan dan investasi modal manusia pada teori NGT bahwa tingkat pertumbuhan nasional yang konstan antar negara tergantung pada besarnya tabungan nasional dan tingkat teknologi. Konsekuensinya, bagi negara miskin modal manusia dan fisik sulit untuk menyamai tingkat pendapatan per kapita negara kaya, walaupun memiliki tingkat tanbungan yang sama.



DAFTAR PUSTAKA

Garna, Y. K. (1999). Teori Sosial dan Pembangunan Indonesia: Suatu Kajian melalui
Diskusi. Bandung: Primaco Academika.
Hettne, B. (2001). Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Suwarsono, & So, A. Y. (1991). Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta:
LP3ES.
Wikipedia.com. 2010. Teori-Teori Ekonomi Pembangunan
Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta ; PT Gramedia Pustaka         Utama, anggota IKAPI.
Kuncoro, Mudrajat, Ekonomi pembangunan; Teori, Masalah, dan Kebijakan, UPP AMP YPKN, 2000.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar