Pages

Sabtu, 15 Oktober 2011

Ekonomi Indonesia Mau Kemana?

REVIEW BUKU
Ekonomi Indonesia Mau Kemana?
Penulis Boediono

REVIEW BUKU :

Ekonomi Indonesia Mau Kemana?
Penulis Boediono

Buku yang memiliki tebal 84 lembar ini merangkum 10 esai Prof. Dr. Boediono yang ditulis dari tahun 1981 – 2007. Dalam tulisan ini beliau memaparkan langkah-lngkah konkret bagi penyelesaian berbagai persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia.
Hampir sembilan tahun Indonesia menempuh jalur perjalanan baru dalam sejarahnya, jalur demokrasi dan pluralisme. Akan tetapi dalam jangka waktu tersebut hampir sebagian masyarakat tidak menyadari kemana arah perkembangan Indonesia ini. Dalam buku disebutkan bahwa jalur demokrasi dan pluralisme yang dipilih Inonesia merupakan jalur yang penuh resiko yang diibaratkan seperti proses meniti jalur yang penuh pusaran yang menuntut keputusan yang benar, adapun resiko-resiko yang mungkin dihadapi oleh negara yang melakukan demokrasi dan modernisasi, yaitu :
1.      Kohesi Sosial
Kohesi sosial merupakan kemampuan suatu bangsa dalam mempertahankan eksistensi dan keutuhan bangsanya sepanjag perjalanan. Pada tahap awal demokrasi suatau negara akan menghadapi kerawanan-kerawanan yang menyangkut keutuhan bangsanya. Misalnya kerawanan dalam masalah pendidikan, pemerataan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan penerapan good governance.
2.      Stagnasi, kemunduran, dan krisis ekonomi
Resiko satgnasi, kemunduran, dan krisis ekonomi akan dihadapi oleh negara yang melakukan domokrasi. Dempokrasi akan membawa perubahan dan perubahan akan berdampak stres baik dalam kestabilan politik, stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang lambat.
3.      Kelas pembaharu
Salah satu simpul kritis dalam pembangunan demokrasi adalah terciptanya suatu kelas pembaharu yang andal yang berperan sebagai pendorong dan pengawal demokratisasi. Kelas pembaharu ini diibaratkan sebagai pendorong an pengawal jalannya demokratissai yang memberikan nilai-nilai pada demokrasi. Akan tetapi dalam kenyataanya kelas pembaharu itu akan sulit ada dikarenakan sejarah bangsa yang kuat secara turun-temurun.

Bagaimana dengan resiko yang dihadapi oleh Indonesia?. Pada tahap awal demokrasi dikatakan bahwa yang menentukan adalah faktor ekonomi. Dalam ekonomi yang harus menjadi prioritas pemerintah adalah kestabilan harga dan pendapatan  yang terus meningkat, agar terciptanya suatu pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan stabilitas ekonomi yang mantap. Pertumbuhan ekonomi yang berarti perluasan kegiatan ekonomi adalah cara untuk meningkatkan penghasilan anggota masyarakat dan membuka lapangan kerja baru. Sedangkan stabilitas ekonomi adalah cara untuk melindungi agar penghasilan masyarakat yag kita upayakan meningkat tidak tergerogoti oleh kenaikan harga. Dalam buku disebutkan bahwa langkah-langkah yang diperlukan dalam menjaga stabilitas ekonomi adalah dengan kebijakan fiskal dan penyehatan sektor keuangan, sedangkan dalam pemtumbuhan berkelanjutan adalah dengan cara pembangunan infrastruktur dan perbaikan ilklim investasi.
Didalam suatau perubahan pasti akan terjadi suatu perbedaan pandangan dalam menentukan suatu langkah-langkah ekonomi maupun ploitik dalam suatu kebijakan. Maka dalam hal ini tidak kalah penting dalam mempersiapkan demokrasi adalah memepertemukan pandangan dan meyerasikan langkah. Dalam menghadapi masalah akan ada beda pandangan dalam menanggulanginya. Menurut Prof. Boediono yang harus dipertemukan dan diselaraskan adalah pandangan menngenai strategi pembangunan dan glkobalisasi.
Yang paling utama dalam strategi pembangunan adalah jangan sampai melupakan sejarah. Apapun bentuk strategi yang disepakati tidak boleh historis (mengakar pada sejarah kita sendiri). Dalam setiap periode pemerintahan diIndonesia kita selalu menerapkan strategi pembangunan yang berbeda. Dalam masa pemerintahan parlementer, demokrasi terpimpin maupun ekonomi terpimpin strategi pembangunan yang dilakukan lebih fokus pada panggung politik sehingga masalah ekonomi diabaikan. Akibanya terjadi defisit dan inflasi, lambat laun perekonomian semakin memburuk dan pertimbuhan ekonomi yang terus merosot.
Masa pemerintahan Orde Baru memberikan pelajaran yang berbeda. Politik memberi ruang gerak bagi kebijakan ekonomi yang rasional. Suatu strategi ekonomi dilaksanakan secara berkelanjutan secara konsisten dalam jangka waktu yang panjang. Hasilnya adalah suatu presyasi ekonomi dan pembangunan sosial yang menonjol. Semula tidak terlalu tampak, tetapi menjelang tahap akhir orde ini berbagai kelemahan mulai tampak. Dari kejadian ini mengisyaratkan bahwa strategi pembangunan harus dipertimbangkan secara matang.
Apakah globalisasi baik atau buruk? Jawabannya akan tergantung pada orang yang diajukan pertanyaan. Globalisasai adalah fakta sejarah yang merupakan konsekuensi dari evolusi sejarah manusia. Globalisasai bukanlah proses yang deterministik, tetapi bentuk konkretnya pada suaau kurun waktui bergantung pada sikap dan respon masyarakat dunia. Namun sayang, globalisasi selalu diientikkan dengan imperialisme internasional dengan baju baru atau ditafsirkan sebagai pertarungan antara kapitalisme dan sosialisme. Untuk itu kita perlu mendalami dan menguasai seluk beluk operasional globalisasi seperti yang terjadi di dunia nyata dan kemudian menata dan merumuskan langkah-langkah konkret dan operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari segi ekonomi, globalisasi adalah proses perluasan sistem ekonomi pasar ke arena internasional. Karena kita harus bermain dalam sistem ekonomi global, maka langkah mendasar yang perlu dilakukan memperkuat kemampuan untuk mengelola sistem ekonomi pasar di dalam negeri agar berjalan sebaik-baiknya.pemerintah dan pelaku ekonomi harus fasih menjalankan ekonomi pasar nasional dengan membangun perangkat-perangkat sistem ekonomi pasar nasional yang diperlukan dan memastikan kinerjanya mencapai standar kinerja internasional.
 Secara nominal pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu mengalami kenaikan namun sayangnya kenaikan pertumbuhan ini juga diikuti oleh peningkatan inflasi. Selain itu bnayak sekali permasalahan yang dihadapi ekonomi Indonesia baik secara mikro maupun makro. Hal ini memberi dampak yang cukup sitemik dalam perekonomian nasional. Dalam buku dijelaskan bagaimana pertumbuhan dipengaruhi oleh persoalan mikro dan makro yang terjadi di dalam negeri.
Pertumbuhan  ekonomi Indonesia sulit berkembang, pendapatan nasional meningkat seiring dengan peningkatan inflasi. Secara keseluruhan ekonomi Indonesia belum berjalan normal karena pera pelaku ekonomi belum yakin atas situasi keamanan dan ketertiban umum, selain itu juga para pelaku ekonomi belum melihat aturan main yang jelas di berbagai bidang. Kemudian para pelaku ekonomi belum yakin bahwa kebijakan  ekonomi yang digariskan hari ini tidak berubah besok pagi karena ada perubahan arah angin politik. Dengan kata lain menghadapi masalah sistemik menmndasar yaitu masalah law and order, rules of the game dan policy concistency.    
Dari awal pembahasan mengenai strategi pembangunan dan globalisasi telah disinggung mengenai pertumbuhan ekonomi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Prof. Boediono menjelaskan bagaimana faktor ekonomi mempengaruhi pertumbuhan di Indonesia dalam hal ini menyorot pada krisis finansial global. Krisis finansial global terjadi karena kegagalan program krisis yang dialami di Indonesia. Kegagalan progran dikarenakan kegagalan yang terjadi dalam hal :

Ø  Perbankan
Berawal dari penutupan 16 bank yang menimbulkan isu bahwa gelombang penutupan lagi atas bank-bank yang dalam pandanagan masyaralkat memiliki kondisi mirip bank yang ditutup. Ini menimbulkan arus pengalihan simpanan dari bank-bank yang diisukan akan ditutup ke bank-bank lain, dan selanjutnya berkembang menjadi pengalihan dana besar-besaran dari bank swasta pada umumnya bank-bank milik pemerintah atau ke bank-bank asing yang dianggpa kuat. Pergeseran dana sipoana antar bank dalam skala seperti ini mengacaukan distribulsi likiuditas perbankan dan mengakibatkan bank sebenarnya sehat menjadi sakit karena mengalami likuiditas yang akut.

Ø  Utang luar negeri swasta
Hal yangserupa dengan perbankan juga terjadi pada masalah utang luar negeri swasta. Sewaktu krisis pecah, informasi mengenai utang swasta praktis tidak ada sehingga sulit bagi pemerintah untuk mengambil sikap yang tepat untuk menangani gejolak kurs.sewaktu menyiaokan program dengan IMF diadakan survey cepat untuk mengetahui besaran dan komposisi utang tersebut, dan hasilnya adalah bahwa utang luar negeri swasta jangka pendek sekitar 33 miliar dollar AS. Realitanya barangkali lebih besar daripada jumlah itu, dan yang pada waktu itu tidakjelas adalah bahwa hanpir seluruj utang swasta jangka pendek maupun jangka panjang tidak diproteksi dengan hedging.

Ø  Inkonsistensi pelaksanaan dan kredilbilitas kebijakan
Masalah lain dalam kaitan dengan pelaksanaan program penanganan krisis adalah timbulnya persepsi di antara pelakupasar bahwa pemerintah tidak melaksanakan program secara konsisten. Suatu kebijakan yang tidakkredibel di mata pelakupasar, karena tidak didukungdengan komitmen penuh dari pemerintah atau karena sbab lain apapun, tidak akan efektif.

Di akhir bab buku dijelaskan mengenai pemulihan-pemulian keadaan perekonomian melalui beberapa perubahan strategi diantaranya :

Ø  Perubahan kebijakan makro, kombinasi kebijakan fiskal-moneter (policy mix) beruba dari semula kebijakan fiskal ketat dan kebijakan moneter ketat menjadi kebijakan fiskal longgar dan kebijakan moneter ketat.

Ø  Pembenahan perbankan meliputi :
·      Program penjaminan umum diberlakukan bagi seua bank nasional dengan sasaran mengembalikan kepercayaan masyarakat pada perbankan nasional
·      Sementara masyarakat ditenangkan, semua bank diaudit dengan cermat untuk menentukan kondisi riil masing-masing bank secara akurat. Dari audit tersebut bank diklasifikasikan dengan manggunakan kriteria yang obyektif dan transparant ke dalam kategori-kaegori yang pembenahannya memerlukan perlakuan dan persyaratan yang berbeda.
                                                                                                

1 komentar: