Ade Suyitno
Pendiri Indonesian Creative Youth (ICY)
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
085659932860
FB : Ade Suyitno Adeno. TWTR : @adeno.
"Bacanya yang keras ya Pa ..."
Semuanya itu disadari
John pada saat dia termenung seorang diri, menatap kosong keluar jendela
rumahnya. Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan mengenai
pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka.
Yang ada
dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya Magy di suatu sore sekitar 3
minggu yang lalu. Malam itu, 3 minggu yang lalu John membawa
pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi
dengan para pemegang saham.
Pada saat John memeriksa
pekerjaannya, Magy putrinya yang baru berusia 4 tahun datang
menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru
bersampul hijau dengan gambar peri. Dia berkata dengan �suara manjanya,
"Papa lihat!" John menengok kearahnya dan berkata, "Wah, buku baru ya?"
"Ya Papa!" katanya berseri-seri, "Bacain dong!" "Wah, Ayah sedang sibuk
sekali, jangan sekarang deh", kata John dengan cepat sambil mengalihkan
perhatiannya pada tumpukan kertas di depan hidungnya.
Magy hanya
berdiri terpaku disamping John sambil memperhatikan. Lalu dengan
suaranya yang lembut dan sedikit dibuat-buat mulai merayu kembali "Tapi
mama bilang Papa akan membacakannya untuk Magy". Dengan perasaan agak
kesal John menjawab: "Magy dengar, Papa sangat sibuk. Minta saja Mama
untuk membacakannya". "Tapi Mama lebih sibuk daripada Papa" katanya
sendu. "Lihat Papa, gambarnya bagus dan lucu." "Lain kali Magy, sana!
Papa sedang banyak kerjaan."
John berusaha untuk tidak
memperhatikan Magy lagi. Waktu berlalu, Magy masih berdiri kaku
disebelah Ayahnya sambil memegang erat bukunya. Lama sekali John
mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Magy mulai lagi "Tapi Papa, gambarnya
bagus sekali dan ceritanya pasti bagus! Papa pasti akan suka". "Magy,
sekali lagi Ayah bilang: Lain kali!" dengan agak keras John membentak
anaknya.
Hampir menangis Magy mulai menjauh, "Iya deh, lain kali
ya Papa, lain kali". Tapi Magy kemudian mendekati Ayahnya sambil
menyentuh lembut tangannya, menaruh bukunya dipangkuan sang Ayah sambil
berkata "Kapan saja Papa ada waktu ya, Papa tidak usah baca untuk Magy,
baca saja untuk Papa. Tapi kalau Papa bisa, bacanya yang keras ya,
supaya Magy juga bisa ikut dengar".
John hanya diam. Kejadian 3
minggu yang lalu itulah sekarang yang ada dalam pikiran John. John
teringat akan Magy yang dengan penuh pengertian mengalah. Magy yang baru
berusia 4 tahun meletakkan tangannya yang mungil diatas tangannya yang
kasar mengatakan: "Tapi kalau bisa bacanya yang keras ya Pa, supaya Magy
bisa ikut dengar". Dan karena itulah John mulai membuka buku cerita
yang diambilnya, dari tumpukan mainan Magy di pojok ruangan.
Bukunya
sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah mulai usang dan koyak. John
mulai membuka halaman pertama dan dengan suara parau mulai membacanya.
John sudah melupakan pekerjaannya yang dulunya amat sangat penting. Ia
bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang
dengan kencangnya menghantam tubuh putrinya di jalan depan rumah. John
terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin, cukup keras bagi
Magy untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir.
Mungkin...
JANGAN JADIKAN DIRI ANDA SEPERTI JOHN, SAAT SEMUANYA
TERJADI,PENYESALAN SUDAH SANGAT TERLAMBAT...... LAKUKAN SESUATU SEBELUM
ANDA TERLAMBAT UNTUK MENYADARINYA, BERIKANLAH KEBAHAGIAAN BAGI MEREKA
YANG ANDA CINTAI. APAKAH ANDA BENAR-BENAR MENCINTAI MEREKA?
Sumber ; http://forum.elins.org/inspirasi-motivasi-renungan/kisah-kisah-menyentuh-hati/?wap2