Pages

Jumat, 23 Maret 2012

Industri Kreatif adalah Motor Penggerak Ekonomi Masa Depan



Ade Suyitno
Pendiri Indonesian Creative Youth (ICY)
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
085659932860
FB : Ade Suyitno Adeno. TWTR : @adeno.




Industri Kreatif adalah Penggerak Ekonomi Masa Depan

Mulai tahun 2010 babak baru globalisasi dimulai dan roda tonggak sejarah bagi negara anggota ASEAN dan China untuk menyelenggarakan perdagangan bebas ACFTA  (Asean-China Free Trade Agreement). ACFTA menjadi titik awal malapetaka, khususnya bagi industri usaha kecil dan menengah (UKM) dalam negeri yang mengandalkan pasar lokal, karena kalah bersaing dengan produk China dan negara maju ASEAN lainnya yang sedang membanjiri pasar di Indonesia, di tambah lagi belum optimalnya UKM dalam memanfaatkan potensi ACFTA ini.
Tantangan barupun  muncul dalam waktu dekat, sesuai kesepakatan pemimpin-pemimpin anggota ASEAN yaitu adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015, dimana keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN itu akan menjadikan arus bebas lalu lintas barang, jasa, investasi, dan modal di kawasan Asia Tenggara. Padahal dampak ACFTA saja mengacu laporan neraca perdagangan dari DEPERINDAG terlihat  bahwa defisit perdagangan Indonesia-China selama tahun 2010 mencapai lebih dari Rp 50 trilyun dan sejalan dengan hal ini Ketua Umum HIPMI, Erwin Aksa, menyebutkan bahwa maraknya produk China pasca-ACFTA itu menyebabkan penurunan produksi industri nasional 25%-50%. Sedangkan pengurangan tenaga kerja mencapai 10%-15%.
Dalam persaingan ekonomi dunia yang semakin ketat ini, Indonesia didorong untuk menggali sumber ekonomi alternatif bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Solusi alternatifnya adalah ekonomi kreatif, di mana saat ini dunia telah memasuki era industri gelombang keempat yaitu industri kreatif yang menempatkan kreativitas dan inovasi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. John Howkins dalam bukunya The Creative Economy (2001) menemukan kehadiran ekonomi gelombang ke-empat setelah menyadari bahwa hak cipta AS pada 1996 mempunyai nilai penjualan ekspor sebesar USD 60,2 miliar. Angka ini jauh melampaui ekspor industri lainnya seperti otomotif, pertanian dan pesawat. Era industri kreatif merupakan kelanjutan dari era informasi, setelah Alvin Tofler dalam Future Shock (1970) mengungkapkan bahwa peradaban manusia terdiri dari 3 gelombang, era pertanian, era industri dan era informasi.
Kegiatan perekonomian di era ekonomi kreatif ini digerakkan oleh industri kreatif. Di sejumlah negara, industri kreatif mampu mendongkrak perekonomian dan menciptakan lapangan kerja, selain itu juga memunculkan banyak peluang bisnis baru. Di beberapa negara maju seperti Inggris, sumbangan industri kreatif terhadap PDB mencapai 7,9%, melampaui pendapatan dari sektor industri manufaktur yang hanya 5%. Pertumbuhannya rata-rata 9% per tahun, jauh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara maju yang berkisar 2-3%. Sementara di Australia, industri kreatifnya menyumbang sekitar 3,3% terhadap PDB dengan rata-rata pertumbuhan per tahun mencapai 5,7% (Simatupang, 2008).
Begitu pula di indonesia industri kreatif di indonesia yang di gerakan oleh 14 bidang yaitu : Departemen Perdagangan mendaftarkan 14 sektor yang masuk kategori industri kreatif yaitu jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, video dan fotografi, permainan interaktif (games), musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer & piranti lunak, tv & radio serta riset dan pengembangan.

Di  Indonesia,  peran  industri  kreatif  dalam  ekonomi  Indonesia  cukup  signifikan  dengan  besar  kontribusi  terhadap  PDB  ratarata  tahun  20022006  adalah  sebesar  6,3%  atau  setara dengan 104,6 Triliun rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun rupiah (nilai nominal). Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan bahwa sumbangan ekonomi kreatif sekitar 4,75% pada PDB 2006 (sekitar Rp 170 triliun rupiah) dan 7% dari total ekspor pada 2006. Pertumbuhan ekonomi kreatif mencapai 7,3% pada 2006, atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,6%. Sektor ekonomi itu juga mampu menyerap sekitar 3,7 juta tenaga kerja setara 4,7% total penyerapan tenaga kerja baru.

Rini, Puspa. 2010. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal Oleh Pemuda Dalam Rangka Menjawab Tantangan Ekonomi Global. Jakarta : Jurnal  UI Untuk Bangsa
Simatupang, TM. 2008. Perkembangan Industri Kreatif. Paper. Bandung: SMB ITB
Simatupang, T.M. (2007), “Gelombang Ekonomi Kreatif”, Pikiran Rakyat, 1 Agustus, Hal. 25.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar