Ade Suyitno
Pendiri Indonesian Creative Youth (ICY)
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
085659932860
FB : Ade Suyitno Adeno. TWTR : @adeno.
Industri Kreatif adalah Penggerak Ekonomi Masa Depan
Mulai tahun 2010 babak baru globalisasi dimulai dan roda
tonggak sejarah bagi negara anggota ASEAN dan China untuk menyelenggarakan
perdagangan bebas ACFTA (Asean-China Free Trade Agreement). ACFTA
menjadi titik awal malapetaka, khususnya bagi industri usaha kecil dan menengah
(UKM) dalam negeri yang mengandalkan pasar lokal, karena kalah bersaing dengan
produk China dan negara maju ASEAN lainnya yang sedang membanjiri pasar di Indonesia,
di tambah lagi belum optimalnya UKM dalam memanfaatkan potensi ACFTA ini.
Tantangan barupun muncul dalam waktu dekat, sesuai kesepakatan
pemimpin-pemimpin anggota ASEAN yaitu adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
pada tahun 2015, dimana keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN itu akan
menjadikan arus bebas lalu lintas barang, jasa, investasi, dan modal di kawasan
Asia Tenggara. Padahal dampak ACFTA saja mengacu laporan neraca perdagangan
dari DEPERINDAG terlihat bahwa defisit perdagangan Indonesia-China
selama tahun 2010 mencapai lebih dari Rp 50 trilyun dan sejalan dengan hal ini Ketua
Umum HIPMI, Erwin Aksa, menyebutkan bahwa maraknya produk China pasca-ACFTA itu
menyebabkan penurunan produksi industri nasional 25%-50%. Sedangkan pengurangan
tenaga kerja mencapai 10%-15%.
Dalam persaingan ekonomi dunia yang
semakin ketat ini, Indonesia didorong untuk menggali sumber ekonomi alternatif
bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Solusi alternatifnya adalah ekonomi
kreatif, di mana saat ini dunia telah memasuki era industri
gelombang keempat yaitu industri kreatif yang menempatkan kreativitas dan
inovasi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. John Howkins dalam bukunya The Creative Economy (2001) menemukan
kehadiran ekonomi gelombang ke-empat setelah menyadari bahwa hak cipta AS pada
1996 mempunyai nilai penjualan ekspor sebesar USD 60,2 miliar. Angka ini jauh
melampaui ekspor industri lainnya seperti otomotif, pertanian dan pesawat. Era
industri kreatif merupakan kelanjutan dari era informasi, setelah Alvin Tofler
dalam Future Shock (1970)
mengungkapkan bahwa peradaban manusia terdiri dari 3 gelombang, era pertanian,
era industri dan era informasi.
Kegiatan perekonomian di era ekonomi kreatif ini digerakkan oleh industri
kreatif. Di sejumlah negara, industri kreatif
mampu mendongkrak perekonomian dan menciptakan lapangan kerja, selain itu juga
memunculkan banyak peluang bisnis baru. Di beberapa negara maju seperti
Inggris, sumbangan industri kreatif terhadap PDB mencapai 7,9%, melampaui
pendapatan dari sektor industri manufaktur yang hanya 5%. Pertumbuhannya
rata-rata 9% per tahun, jauh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara maju
yang berkisar 2-3%. Sementara di Australia, industri kreatifnya menyumbang
sekitar 3,3% terhadap PDB dengan rata-rata pertumbuhan per tahun mencapai 5,7%
(Simatupang, 2008).
Begitu pula di indonesia
industri kreatif di indonesia yang di gerakan oleh 14 bidang yaitu : Departemen
Perdagangan mendaftarkan 14 sektor yang masuk kategori industri kreatif yaitu
jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen,
film, video dan fotografi, permainan interaktif (games), musik, seni
pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer & piranti lunak,
tv & radio serta riset dan pengembangan.
Di
Indonesia, peran industri kreatif dalam
ekonomi Indonesia cukup signifikan dengan besar kontribusi terhadap PDB rata‐rata tahun 2002‐2006 adalah sebesar 6,3%
atau setara dengan 104,6 Triliun rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun
rupiah (nilai nominal). Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu
mengatakan bahwa sumbangan ekonomi kreatif sekitar 4,75% pada PDB 2006 (sekitar
Rp 170 triliun rupiah) dan 7% dari total ekspor pada 2006. Pertumbuhan ekonomi
kreatif mencapai 7,3% pada 2006, atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 5,6%. Sektor ekonomi itu juga mampu menyerap sekitar 3,7 juta
tenaga kerja setara 4,7% total penyerapan tenaga kerja baru.
Rini,
Puspa. 2010. Pengembangan Ekonomi Kreatif
Berbasis Kearifan Lokal Oleh Pemuda Dalam Rangka Menjawab Tantangan Ekonomi
Global. Jakarta : Jurnal UI Untuk
Bangsa
Simatupang,
TM. 2008. Perkembangan Industri Kreatif.
Paper. Bandung: SMB ITB
Simatupang,
T.M. (2007), “Gelombang Ekonomi Kreatif”, Pikiran Rakyat, 1 Agustus,
Hal. 25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar