FB : Ade Suyitno Adeno. TWTR : @ade_suyitno.
Next >> Contoh Artikel Nasional Pemenang Lomba Blog
Next> > Contoh Paper Internasional Conference
Next>> Contoh Karya Ilmiah Pemenang Nasional
Next>> Contoh Artikel Ilmiah Internasional
Next>> Contoh Esai /Essay Ilmiah Pemenang Limas UI
Ade Suyitno
Ade Suyitno
Pendiri Indonesian Creative Youth (ICY)
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
085659932860
FB : Ade Suyitno Adeno. TWTR : @adeno.
TEORI
– TEORI EKONOMI PEMBANGUNAN
Makalah Ini Di Susun Untuk memenuhi
salah satu Tugas
Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan
Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan
ADE SUYITNO
0906576
0906576
PRODI PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
A. TEORI MODERNISASI
Teori Modernisasi
adalah teori pembangunan yang menyatakan bahwa pembangunan dapat dicapai
melalui mengikuti proses pengembangan yang digunakan oleh negara-negara
berkembang saat ini. Teori tindakan Talcott Parsons 'mendefinisikan kualitas
yang membedakan "modern" dan "tradisional" masyarakat. Pendidikan dilihat sebagai kunci untuk menciptakan individu modern. Teknologi memainkan peran kunci dalam teori
pembangunan karena diyakini bahwa teknologi ini dikembangkan dan diperkenalkan
kepada negara-negara maju yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan ekonomi.
Salah satu faktor kunci dalam Teori Modernisasi adalah keyakinan bahwa
pembangunan memerlukan bantuan dari negara-negara maju untuk membantu
negara-negara berkembang untuk belajar dari perkembangan mereka. Dengan
demikian, teori ini dibangun di atas teori bahwa ada kemungkinan untuk
pengembangan yang sama dicapai antara negara maju dan dikembangkan lebih
rendah.
Teori
Modernisasi muncul pada pasca perang dunia kedua, yaitu pada saat Amerika
terancam kehilangan lawan dagang sehingga terjadi kejenuhan pasar dalam negeri;
dari keterlibatan Amerika inilah negara-negara Eropa yang porak poranda seusai
perang mulai bangkit dari keterpurukannya, keterlibatan ini bukan saja banyak
‘menolong’ negara-negara Eropa, tetapi di balik itu justru banyak memberikan
keuntungan yang lebih bagi Amerika itu sendiri.
Pada perkembangannya kemudian, keberhasila pembangunan
yang diterapkan pada negara-negara di Eropa ini memberikan pemikiran lanjut
untuk melakukan ekspansi pasar ke negara-negara dunia Ketiga, dan banyak
memberikan bantuan untuk pembangunannya; dalam kenyataannya, keberhasilan yang
pernah diterapkan di Eropa, ternyata banyak mengalami kegagalan di
negara-negara dunia Ketiga. Penjelasan tentang kegagalan ini memberikan
inspirasi terhadap sarjana-sarjana sosial Amerika, yang kemudian dikelompokkan
dalam satu teori besar, dan dikenal sebagai teori Modernisasi (Budiman, dalam:
Frank, 1984: ix).
Asumsi dasar dari teori modernisasi mencakup: (1)
Bertolak dari dua kutub dikotomis yaitu antara masyarakat modern (masyarakat
negara-negara maju) dan masyarakat tradisional (masyarakat negara-negara
berkembang); (2) Peranan negara-negara maju sangat dominan dan dianggap
positif, yaitu dengan menularkan nilai-nilai modern disamping memberikan
bantuan modal dan teknologi. Tekanan kegagalan pembangunan bukan disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal melainkan internal; (3) Resep pembangunan yang
ditawarkan bisa berlaku untuk siapa, kapan dan dimana saja (Budiman, dalam :
Frank, 1984: x). Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi ini adalah,
modernisasi seolah-olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang
dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat
dari dalam masyarakat itu sendiri. Asumsi ini ternyata banyak menimbulkan
komentar dari berbagai fihak, terytama dari kelompok pendukung teori
Dependensi, sehingga timbul paradigma baru yang dikenal sebagai teori
Modernisasi Baru (Suwarsono-So, 1991: 58-61).
Berdasarkan
pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum di dunia ini
terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil
pertanian dan kelompok negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua
kelompok negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas
saling menguntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, muncul
suatu permasalahan bahwa neraca perdagangan kedua kelompok negara ini berbeda,
yang dimana negara yang memproduksi barang industri mendapatkan keuntungan yang
besar dan semakin kaya sedangkan negara yang memproduksi hasil pertanian
mendapatkan hasil yang kurang menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin). Dari
permasalahan diatas maka muncul beberapa teori modernisasi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, yang menjelaskan tentang kemiskinan disebabkan oleh
beberapa faktor yang terdapat di dalam negara tersebut. Beberapa teori yang
tergolong kedalam kelompok teori modernisasi yaitu :
1. Teori
Harrod – Domar : Modal dan Investasi
Roy Harrod
dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori ekonomi
pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka
berkesimpulan bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya modal dan investasi.
2. Teori Max
Weber : Etika Protestan
Max Weber
adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog modern. Teori Max
Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan tentang peran
agama dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan disini
mempunyai peran yang menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam masyarakat
dapat terlaksana.
3. Teori
David McCleland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach
David
McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan pada
aspek-aspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses
pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi.
Kalau manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka
proses pembangunan dalam masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan baik.
4. Teori
W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow
adalah seorang ahli ekonomi, perhatiannya bukan hanya pada masalah ekonomi
dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi dalam proses
pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi.
Bagi Rostow sendiri pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah
garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju.
Untuk menuju ke proses ini maka rostow membaginya menjadi lima tahap, yaitu :
a. Masyarakat
tradisional
Perlunya
penguasaan ilmu pengetahuan agar kehidupan dan kemajuan masyarakat dapat
berkembang.
b.
Prakondisi untuk lepas landas
Proses ini
memerlukan adanya campur tangan dari luar atau masyarakat yang sudah maju.
Dengan campur tangan dari luar ini maka mulai berkembang ide pembaharuan.
c. Lepas
landas
Periode ini
akan ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses
pertumbuhan ekonomi.
d. Bergerak
ke kedewasaan
Periode ini
ditandai perkembangan industri yang sangat pesat dan memantapkan posisinya
dalam perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di inpor, sekarang dapat
diproduksi di dalam negeri. Yang diproduksikan bukan hanya terbatas pada barang
konsumsi tetapi juga barang modal.
e. Jaman
konsumsi masal yang tinggi
Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas
pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan meningkat ke kebutuhan yang lebih
tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan
barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah merupakan
sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus
menerus.
Selain itu
juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk menuju ke
proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus memenuhi
tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu : a. Peningkatan investasi pada
sektor produktif, b. Pertumbuhan satu atau
lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi, c. Perlunya lembaga-lembaga
politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai dorongan gerak ekspansi dari
sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi terjadi dengan adanya
kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari lepas landas, disamping
itu juga lembaga-lembaga ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses
berkesinambungan. Dengan memperhatikan tiga kondisi ini, maka tahap lepas
landas dan kemudian tahap konsumsi masal yang tinggi akan tercapai.
5. Teori
Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern
Teori Alex
Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material dalam hal ini
lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya factor
manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia
modern. Kedua tokoh ini mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern,
seperti : keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa
sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia
bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa
diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada
manusia yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya
karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan
memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia
modern setelah dia mencapai dewasa. Dari hasil penelitiannya,
mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling efektif untuk mengubah
manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa. Penemuan ini
juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media massa
sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.
Perbedaan
yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya merupakan perbedaan
penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam menciptakan manusia yang akan
membangun maupun dalam mempersiapkan sarana material untuk pembangunan itu
sendiri. Tetapi pada dasarnya, inti dari teori-teori ini adalah sama.
Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan dari persoalan mengenai mengapa ada
Negara-negara yang tertinggal (miskin). Bagi teori modernisasi cukup jelas,
bahwa negara-negara tersebut belum maju atau masih bersifat tradisional atau
belum berhasil lepas landas karena baik orang-orangnya maupun nilai-nilai yang
hidup di masyarakat tersebut belum modern sehingga tidak menopang pembangunan.
Maka dari itu, untuk menanggulangi permasalahan ini perlu diperkenalkan
nilai-nilai yang rasional dan sarana atau lembaga modern untuk menopang proses
pembangunan. Demi maksud ini maka perlu campur tangan dan dukungan dari
Negara-negara yang sudah maju atau modern.
B. TEORI KETERGANTUNGAN
Keterbelakangan yang dialami oleh
negara-negara berkembang yang telah secara intensif mendapat bantuan dari
negara-negara maju menyebabkan ketidak-puasan terhadap asumsi-asumsi yang
dikemukakan oleh teori modernisasi. Keadaan ini menimbulkan reaksi keras dari
para pemerhati masalah-masalah sosial yang kemudian mendorong timbulnya teori
dependensi. Teori ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah
negara-negara dunia ke-tiga kemudian mengalami kemunduran (keterbelakangan),
secara ekstrim dikatakan bahwa kemajuan atau kemakmuran dari negara-negara maju
pada kenyataannya menyebabkan keterbelakangan dari negara-negara lainnya (‘the
development of underdevelopment’); siapa sebenarnya yang menolong dan siapa
yang ditolong ?. Andre Gunter Frank (1967) dianggap sebagai salah seorang tokoh
pencetus teori Dependensi ini mengatakan bahwa keterbelakangan justru merupakan
hasil dari kontak yang diadakan oleh negara-negara berkembang dengan
negara-negara maju (Budiman, dalam : Frank, 1984: xii-xiii).
Asumsi
dasar dari teori Dependensi mencakup: (1) Keadaan ketergantungan dilihat
sebagai suatu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh negara dunia
Ketiga; (2) Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh
‘faktor luar’; (3) Permasalah ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah
ekonomi, yang terjadi akibat mengalirnya surplus ekonomi dari negara dunia
Ketiga ke negara maju; (4) Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global; dan (5) Keadaan
ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang
dengan pembangunan (Suwarsono-So, 1991: 111).
Teori
Dependensi ini bukannya tanpa kekurangan, bahkan kritik yang dilomtarkan
mungkin lebih banyak dari sanggahan terhadap teori Modernisasi (Suwarsono-So,
1991: 137). Salah satu persoalan yang luput dari perhatian teori Dependensi
adalah kurangnya pembahasan tentang kolonialisme yang pernah tumbuh subur
dikebanyakan negara-negara berkembang. Menurut perspeksif Dependensi, pemerintahan
kolonial didirikan dengan tujuan menjaga stabilitas pemerintahan jajahan, dan
pemerintahan ini tidak akan pernah dibentuk dengan tujuan untuk membangun
negara pinggiran (Suwarsono-So, 1991: 121).
Tokoh utama dari teori Dependensi adalah Theotonio Dos Santos dan Andre
Gunder Frank. Theotonio Dos Santos sendiri mendefinisikan bahwa ketergantungan
adalah hubungan relasional yang tidak imbang antara negara maju dan negara
miskin dalam pembangunan di kedua kelompok negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa
kemajuan negara Dunia Ketiga hanyalah akibat dari ekspansi ekonomi negara maju
dengan kapitalismenya. Jika terjadi sesuatu negatif di negara maju, maka negara
berkembang akan mendapat dampak negatifnya pula. Sedangkan jika hal negatif
terjadi di negara berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak
tersebut. Sebuah hubungan yang tidak imbang. Artinya, positif-negatif
dampak berkembang pembangunan di negara maju akan dapat membawa dampak
pada negara, (theotonio dos santos, review, vol. 60, 231).
Pada titik
ini teori ketergantungan itu dipandang sebagai sebuah cara yang mungkin untuk
menjelaskan kemiskinan terus-menerus dari negara-negara miskin. Pendekatan
neoklasik tradisional mengatakan hampir tidak ada pada pertanyaan ini kecuali
untuk menegaskan bahwa negara-negara miskin terlambat datang ke praktik-praktik
ekonomi yang padat dan begitu mereka mempelajari teknik-teknik ekonomi modern,
maka kemiskinan akan mulai mereda. Ketergantungan dapat didefinisikan sebagai
suatu penjelasan tentang pembangunan ekonomi suatu negara dalam hal pengaruh
eksternal - politik, ekonomi, dan budaya - pada kebijakan pembangunan nasional
(Osvaldo Sunkel, "Kebijakan Pembangunan Nasional dan Eksternal
Ketergantungan di Amerika Latin," Jurnal Studi Pembangunan, Vol 6,. no. 1
Oktober 1969, hal 23).
1.Raul
Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya
negara-negara terbelakang harus melakukan industrialisasi yang dimulai dari
industri substitusi impor.
2.Perdebatan
tentang imperialisme dan kolonialisme. Hal ini muncul
untuk menjawab pertanyaan tentang apa alasan bangsa-bangsa Eropa melakukan
ekspansi dan menguasai negara-negara lain secara politisi dan ekonomis. Ada
tiga teori:
1.
Teori God: Adanya misi menyebarkan agama.
2.
Teori Glory: Kehausan akan kekuasaan dan kebesaran.
3.
Teori Gospel: Motivasi demi keuntungan ekonomi.
3.Paul
Baran: Sentuhan Yang Mematikan Dan Kretinisme. Baginya
perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di
negara-negara pusat. Di negara pinggiran, system kapitalisme seperti terkena
penyakit kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.
Ada 2 tokoh
yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh-tokoh
di atas, yakni:
1.Andre
Guner Frank : Pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan
hanya dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem
sosialis.
2. Theotonia
De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan,
yakni : a. Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk
setempat bersifat eksploitatif. b. Ketergantungan Finansial- Industri:
pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam bentuk kekuasaan
financial-industri. c. Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan
terhadap surplus industri dilakukan melalui monopoli teknologi industri.
Teori ini berpangkal pada filsafat
materialisme yang dikembangkan Karl Marx. Salah satu kelompok teori yang
tergolong teori struktiral ini adalah teori ketergantungan yang lahir dari 2
induk, yakni seorang ahli pemikiran liberal Raul Prebiesch dan teori-teori Marx
tentangimperialisme dan kolonialisme serta seorang pemikir marxis yang merevisi
pandangan marxis tentang cara produksi Asia yaitu, Paul Baran.
1.Raul Prebisch : industri
substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus melakukan
industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
2.Perdebatan
tentang imperialisme dan kolonialisme. Hal ini muncul untuk menjawab pertanyaan
tentang alasan apa bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspansi dan menguasai
negara-negara lain secara politisi dan ekonomis. Ada tiga teori: a.Teori
God:adanya misi menyebarkan agama. b.Teori Glory:kehausan akan kekuasaan dan
kebesaran. c.Teori Gospel:motivasi demi keuntungan ekonomi.
3.Paul
Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme
di negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di
negara pinggiran, system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang
membuat orang tetap kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan
menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh tokoh di atas, yakni:
1.Andre Guner Frank : pembangunan
keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan
hanya dapat diatasi dengan revolusi,
yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2.Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya
ada 3 bentuk ketergantungan, yakni a.Ketergantungan Kolonial: hubungan antar
penjajah dan penduduk setempat bersifat eksploitatif. b.Ketergantungan
Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam
bentuk kekuasaan financial-industri. c.Ketergantungan Teknologis-Industrial:
penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui monopoli teknologi
industri.
C. TEORI-TEORI PASCA-KETERGANTUNGAN
1. TEORI LIBERAL
Teori liberal pada dasarnya tidak
banyak dipengaruhi oleh teori ketergantungan, teori liberal tetap berjalan
seperti sebelumnya yakni mengukuti asumsi-asumsi bahwa modal dan investasi
adalah masalah utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Teori yang dianut
oleh para ahli ekonomi ini lebih mengembangkan diri pada keterampilan
teknisnya, yakni bagaimana membuat table input-output yang baik, bagaimana mengukur keterkaitan diantara berbagai sector
ekonomi dan sebagainya. Tentu saja bukan tidak berguna. Tetapi, yang kurang
dipersoalkan adalah bagaimana faktor politik bisa dimasukkan ke dalam model
mereka.
Kritik terhadap teori liberal pada umumnya berkisar pada ketajaman
definisi dari teori ketergantungan. Definisi yang ada dianggap terlalu kabur,
sulit dijadikan sesuatu yang operasional. Tanpa kejelasan dan ketajaman konsep
– konsep dasarnya, teori ketergantungan lebih merupakan sebuah retorika belaka.
Agar konsep ketergantungan dapat di
pakai untuk menyusun teori, maka ada dua kriteria yang harus dipenuhinya,
yaitu: a. Gejala ketergantungan ini harus hanya ada di negara – negara yang
ekonominya mengalami ketergantungan dan tidak di negara yang tidak tergantung
dengan negara lain. b. Gejala ini mempengaruhi perkembangan dan pola
pembangunan di negara – negara yang tergantung.· Dari penelitiannya terhadap
aspek ekonomi dan sosiopolitik dari gejala ketergantungan , Lall melihat bahwa
gejala ini juga terdapat di Negara-negara yang dianggap tidak tergantung.
Misalnya tentang dominasi modal asing.\
2. TEORI ARTIKULASI
Mula-mula dikembangkan oleh Claude,
Meillassoux dan Pierre Philippe Rey. Berititik tolak dari konsep formasi sosial
· Dalam Marxisme dikenal konsep
cara produksi (mode of production) , misalnya cara produksi
kapitalis, cara produksi sosialis, dsb. Masing-masing
cara produksi tersebut mempunyai ciri sendiri dibandingkan dengan cara
produksi lainnya. Ada peralihan dari satu cara produksi ke produksi lain.
Peralihan itu memakan waktu berabad-abad. Pada waktu peralihan inilah dimungkinan ada beberapa cara produksi
sekaligus. Pada tataran nyata dimungkinkan cara produksi kapitalis
bersamaan dengan cara produksi feodal. Kondisi diatas dinamakan formasi sosial, yaitu ada cara
produksi yg lebih dari satu ada bersama.
Menurut Marx: Di satu formasi
sosial, ada 1 jenis cara produksi yang menguasai cara produksi lainnya. Cara
produksi yg dominan ini berfungsi seperti memberi pengaruh dan mengubah
sifat-sifat utama dari cara produksi lainnya. Bila cara produksi feodal dominan
maka disebut formasi sosial feodal. Perbedaan dominasi itu yg memunculkan
konsep artikulasi. Pendapat Teori Artikulasi: Kapitalisme
di negara Pinggiran tidak bisa berkembang karena artikulasinya atau kombinasi
unsurunsurnya tidak efisien. Kegagalan kapitalisme di negara pinggiran karena
cara produksi yang ada di negara tersebut saling bertentangan dan menghambat.
Teori Artikulasi disebut juga
sebagai teori yang memakai pendekatan cara produksi. Pada teori ini, persoalan
keterbelakangan dilihat dalam lingkungan proses produksi. Bagi teori
artikulasi, keterbelakangan di Negara-negara duniaketiga harus di dilihat
sebagai egagalan dari kapitalisme untuk
berfungsi secara murni. Sebagai akibat dari adanya cara produksi lain di
Negara-negara tersebut.
3. BILL WAREN
Warren membantah inti teori
ketergantungan, yakni bahwa perkembangan kapitalisme di Negara-negara pusat dan
pinggiran berbeda. Menurutnya, kapitalisme
di Negara manapun sama. · Inti dari kritik Warren adalah :
§
Bahwa dalam
kenyataannya, negara-negara yang
tergantung menunjukkan kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi dan proses
industrialisasinya. Bahkan kemajuan ini menunjukkan bahwa negara-negara
yang tergantung ini sedang mengarah pada pembangunan yang mandiri. (Hal ini
berbeda dengan pandangan kaum Marxis)
§
Oleh karena itu, dia
menyimpulkan : “Jadi, berlawanan dengan pendapat umum yang ada, dunia ketiga
tidak mengalami kemandekan secara relative maupun absolut setelah perang dunia
ke dua, sebaliknya, kemajuan yang berarti dalam hal kemakmuran material dan
pembangunan kekuatan produksi telah tercapai, dengan kecepatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan keadaan sebelum perang. Kenyataan ini juga berlawanan
dengan pandangan kaum marxis yang menyatakan bahwa pembangunan nasional yang
mengikuti jalan kapitalis bisa terjadi di dunia ketiga”.
D. TEORI BARU
Ekonom perkembangan yang paling
menonjol kontemporer mungkin adalah pemenang Nobel Amartya Sen, teori-teori
terbaru seputar pertanyaan tentang apa variabel atau input berkorelasi atau
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang paling pendidikan dasar, menengah, atau lebih tinggi,
stabilitas kebijakan pemerintah, tarif dan subsidi, pengadilan yang adil
sistem, infrastruktur yang tersedia, ketersediaan perawatan medis, perawatan
prenatal dan air bersih, kemudahan masuk dan keluar ke dalam perdagangan, dan
kesetaraan distribusi pendapatan (misalnya, seperti ditunjukkan oleh koefisien Gini ), dan bagaimana membantu
pemerintah tentang kebijakan makroekonomi, yang meliputi semua kebijakan yang
mempengaruhi perekonomian. Education enables countries to adapt the latest
technology and creates an environment for new innovations. Pendidikan
memungkinkan negara untuk mengadaptasi teknologi terbaru dan menciptakan
lingkungan untuk inovasi baru. Berikut ini teori-teori yang
termasuk kedalam golongan teori baru :
Ø Teori
Geografi Ekonomi (NEG)
Yang paling penting dari teori ini
adalah keuntungan-keuntungan aglomerasi yang muncul dari perilaku pelaku-pelaku
ekonomi yang mencari penghematan aglomerasi baik penghematan lokasi maupun
urbanisasi. Penghematan lokalisasi terjadi apabila biaya produksi perusahan
pada suatu industri tersebut meningkat (dengan berlokasi dekat perusahan lain
dalam industri yang sama, satu perusahan dapat menikmati beberapa manfaat). Sedangkan
urbanization economics terjadi bila biaya produksi satu perusahaan menurun
ketika produksi seluruh perusahaan dalam wilayah perkotaan yang sama meningkat.
Penghematan ini akibat skala perekonomian kota yang besar, buka satu skala satu
jenis industri. Penghematan urbanisasi memberi manfaat bagi semua perusahaan
diseluruh kota tidak hanya perusahaan dalam satu industri tertentu. Teori-teori
klasik yang tradisional berpendapat bahwa kluster industri muncul terutama
karena biaya transportasi dan produksi dan produksi (Isard, 1956; Weber, 1990)
sehingga adanya penghematan dengan asumsi bahwa basis geografis bahan mentah,
ukuran lokasi konsumsi dan tenaga kerja tidak mudah berpindah dan jumlahnya
yang tidak terbatas.
Ø Teori
Perdagangan Baru
David
Ricardo; Teori keunggulan komparatif mengajukan dalil bahwa :
·
Negara berdagang untuk
memperoleh keuntungan dari perbedaan sumber daya alam yang mereka miliki.
·
Daerah akan
berspesialisasi berdasarkan keunggulan komparatif yang mereka miliki. Heckscher; Teori H-Q
dalam bukunya “Foreing Trade and the Distribution of Income “ (1991) keunggulan
komparatif ditentukan oleh distribusi sumber daya absolut antar negara,
khususnya oleh rasioendowment relatif antar negara. (Johns, 1985 : 178-81).
Ketiga teori ini
menunjukkan kesemaan yang tidak terlalu spesifk bahwa ketiganya melihat
pertumbuhan ekonomi didorong oleh faktor produksi dengan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki sebagai satu faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Namun satu kelemahan dari teori ini bahwa masyarakat tidak banyak
mendapat kesempatan sebagai pelaku ekonomi pasar. Kegiatan perekonomian akan
lebih didominasi oleh pemerintah ataupun pengusaha yang bermitra dengan
pemerintah. Disisi lain penguasaan sumber-sumber ekonomi akan lebih mengara
kepada sistem kapital.
Ø Teori
Pertumbuhan Ba ru
(NGT)
Teori ini dikenal dengan teori
pertumbuhan endogen yang menganalisa pertumbuhan endogen karena menganggap
pertumbuhan GNP lebih ditentukan oleh sistem proses produksi dan bukan berasal
dari luar sistem, dan menjelaskan faktor-faktor yang menentukan ukuran tingkat
pertumbuhan GDP yang belum dijelaskan dan dianggap ditentukan secara eksogen
persamaan pertumbuhan neo-klasik. Implikasi terhadap pentingnya tabungan dan investasi modal manusia pada teori NGT bahwa tingkat
pertumbuhan nasional yang konstan antar negara tergantung pada besarnya
tabungan nasional dan tingkat teknologi. Konsekuensinya, bagi negara miskin
modal manusia dan fisik sulit untuk menyamai tingkat pendapatan per kapita
negara kaya, walaupun memiliki tingkat tanbungan yang sama.
Garna, Y. K. (1999). Teori Sosial dan Pembangunan Indonesia: Suatu
Kajian melalui
Diskusi. Bandung: Primaco Academika.
Hettne, B. (2001). Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka
Utama.
Suwarsono, & So, A. Y. (1991). Perubahan Sosial dan Pembangunan
di Indonesia. Jakarta:
LP3ES.
Wikipedia.com. 2010. Teori-Teori Ekonomi
Pembangunan
Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia
Ketiga. Jakarta ; PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI.
Kuncoro, Mudrajat, Ekonomi pembangunan; Teori,
Masalah, dan Kebijakan, UPP AMP YPKN, 2000.