Ade Suyitno
Curriculum Vitae
Ade Suyitno
Pendiri Indonesian Creative Youth (ICY)
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
085659932860
FB : Ade Suyitno Adeno. TWTR : @adeno.
MENDONGKRAK PRODUK LOKAL DENGAN PENDEKATAN OVOP MELALUI PEMBERDAYAAN HIMADA (HIMPUNAN MAHASISWA DAERAH) PADA INKUBATOR BISNIS KAMPUS
Fitranty
Adirestuty1, Nida Afifah2, Ade Suyitno3.
FPEB1, FPEB2, FPEB3
Universitas Pendidikan Indonesia
Jln. Setiabudhi No.128 Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
Jln. Setiabudhi No.128 Bandung
Perdagangan
bebas di kawasan Asean atau yang dikenal dengan ACFTA (Asean China Free Trade Agreement) telah
mulai dilakukan di tahun 2010. Dengan
disahkan dan diberlakukannya ACFTA ini, maka para pengusaha dalam negeri
harus pintar dan cerdik dalam membaca peluang. Persaingan
dalam perdagangan internasional (atau pasar pada umumnya) amat ditentukan pada
keunggulan yang dimiliki. Usaha kecil dan menengah atau yang biasa disingkat
UKM dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian nasional, hal ini dapat terlihat dari data Kementrian KUKM bahwa Usaha
kecil dan menengah yang saat ini jumlahnya sekitar 51,26 juta unit atau 99,91%
dari jumlah pelaku usaha di Indonesia namun keadaanya kini sedang terancam
karna masih banyak UKM yang belum
memiliki kemampuan yang cukup memadai untuk menghasilkan produk yang bersaing
di pasar global.
Salah
satu upaya Pemerintah Indonesia untuk
menghadapi era ACFTA ini adalah menerapkan program One Village One Product atau yang biasa disingkat OVOP. Penerapan OVOP ini digunakan
untuk meningkatkan kualitas dan akses pasar industri kecil dan menengah (IKM),
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menperin Nomor 78 Tahun 2007 tentang
Peningkatan Efektifitas Pengembangan IKM Melalui Pendekatan OVOP. Kenyataannya penerapan OVOP selama ini
belum seratus persen berhasil dilakukan karena beberapa hal. Menurut Wapres Budiono, Pengembangan OVOP harus dilakukan dengan penelitian
yang mendalam mengenai produk apa yang cocok untuk satu desa."Targetnya
juga harus jelas." Sebenarnya produk usaha kecil dan menengah banyak yang
berkualitas, hanya belum banyak memiliki jaringan baik pasar lokal atau pasar yang lebih besar, termasuk ke luar
negeri.
Suatu alternatif model baru
bagaimana mendongkrak produk lokal agar bersaing di tatanan nasional bahkan Internasional melalui
pemberdayaan fungsi HIMADA (Himpunana
Mahasiswa Daerah) sebagai agent of exchange dan Inkubator bisnis kampus dalam proses perluasan
pemasaran, meningkatakan penjualan produk local, sampai pada peningkatkan
geliat wirausaha di dalamnya, maupun pengembangan penyerapan tenaga kerja di
daerah, sehingga nantinya diharapkan akan terjadi
trickle down effect dari Inkubator bisnis
yang bekerjasama dengan HIMADA Kampus yang berimbas pada kemajuan
UKM di setiap daerah bahkan pada peningkatan
pendapatan nasional Negara dengan pendekatan OVOP.
Mendongkrak
produk lokal ujung tanduknya adalah peningkatan kualitas produk dan pemasaran
yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yang dapat dilakukan
adalah melalui Inkubator Bisnis. Peranan Inkubator Bisnis menjadi strategis
karena dapat menciptakan lapangan kerja baru, menumbuhkan wirausaha baru, dan
dapat menjadi wadah dalam mengimplementasikan berbagai inovasi produk yang
dihasilkan oleh berbagai pihak serta
sarana kerjasama pemasaran.
Inkubator
Bisnis yang dikelola secara profesional dan mendapat dukungan dari Pemerintah
dan pihak terkait lainnya, terbukti mampu menciptakan lapangan kerja. (menurut
laporan Bank Indonesia
–2006, di Uni Eropa, dengan jumlah Inkubator sebanyak 900 telah memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap penciptaan lapangan kerja, yaitu sebanyak
40.000 orang setiap tahun). Inkubator Bisnis telah memberikan nilai tambah
terhadap perekonomian melalui percepatan pengembangan usaha baru/pemula dan
membantu memaksimalkan pertumbuhannya dimana hal tersebut sulit dicapai tanpa
bantuan inkubator.
Sebagian
besar (72%) Inkubator Bisnis di Indonesia didirikan oleh Perguruan Tinggi,
sedangkan sisanya (28%) didirikan oleh Non-Perguruan Tinggi yang terdiri dari
swasta (Yayasan) sebanyak 21% dan lembaga pemerintah 7%. Sementara itu, jika
dilihat dari faktor yang menjadi pendorong berdirinya Inkubator Bisnis,
sebagian besar (71%) Inkubator Bisnis didirikan karena adanya peluang bisnis,
sedangkan sisanya karena inovasi teknologi (29%). Sebagian besar (79%)
inkubator memiliki Visi tersendiri secara jelas yang berbeda dengan visi
lembaga induk yang menaunginya. Sementara 21% tidak memiliki Visi tersendiri
melainkan mengikuti Visi lembaga induk atau yang menaunginya. Sektor ekonomi
yang paling banyak menjadi prioritas binaan Inkubator Bisnis berturut turut
dari yang paling besar adalah sektor industri kecil dan kerajinan (62%); sektor
jasa (19%); sektor pertanian (13%); dan sektor perdagangan (6%).
Berkaitan
dengan dimulainya era AFCTA, salah satu
upaya Pemerintah Indonesia untuk
menghadapinya adalah menerapkan program One Village One Product atau
yang biasa disingkat OVOP.
Penerapan OVOP ini digunakan untuk meningkatkan kualitas dan akses pasar
industri kecil dan menengah (IKM), tidak hanya meliputi IKM kerajinan, tapi
juga makanan dan minuman, produk herbal, dan interior, dan lain-lain ke tingkat
global serta diproduksi secara kontinyu dan konsisten. Kementerian Koperasi dan
UKM RI memperluas produk unggulan daerah yang lazim disebut OVOP - One Village
One Product--satu desa dengan satu produk unggulan, bahkan lebih satu produk di
100 titik di 33 provinsi berbasiskan peningkatan mutu dan daya saing agar
produk unggulan itu bernilai tambah melalui industri pengolahan/processing (value chain), pengepakan, perluasan jaringan pemasaran secara
integrasi dan lain-lain hingga tahun 2014.
(www.depkop.go.id)
Payung hukum dalam
pengembangan OVOP tersebut antara lain UU No.25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian, UU No.20 tahun 2008 tentang UKM, Inpres No.6 tahun 2007 tentang
Percepatan Sektor Riil dan Pembangunan Sektor UMKM yang juga mengamanatkan
pengembangan sentra melalui pendekatan OVOP.
Langkah-langkah
yang akan di lakukan pemerintah untuk mensukseskan program OVOP, Pada tahun 2011-2012 meliputi peningkatan nilai tambah produk unggulan melaui
industri pengolahan melalui dukungan sarana prosesing. Peningkatan akses pasar
produk yang dihasilkan melalui temu usaha (business
matching) serta desain, paking dan
promosi produk lokal, nasional maupun internasional. Kemudian peningkatan
suplai chain product unggulan OVOP melalui produk dan pemasaran. Serta
pengembangan kapasitas SDM melalui pendampingan,penyuluhan,pelatihan dan studi
banding.
Di tahun 2013-2014,
peningkatan dan perluasan pendampingan komunitas masyarakat lokal sesuai dengan
potensi ekonomi daerah. Terus diperkuat dan ditingkatkan lagi nilai tambah
produk melalui industri pengolahan dan paking. Peningkatan promosi ekonomi
masyarakat secara menyeluruh (budaya, produk dan potensi alam) di tingkat
provinsi serta promosi produk unggulan OVOP secara nasional dan internasional (fairs and events, festival).
Model
Optimalisasi Peran Inkubator Bisnis Kampus dan Himada Untuk Mendongkrak
produk Lokal
Dari aspek kelembagaan,
replikasi program OVOP nampaknya dapat dikaitkan dengan program sentra bisnis,
dimana terjadi pemusatan produk OVOP. Inilah kaitannya dengan Inkubator kampus
sebagai sentra melalui pemberdayaan HIMADA nya. Seperti pada umumnya
anggota sebuah HIMADA selalu memiliki link yang
lebih banyak dan pengetahuan yang lebih matang tentang daerahnya dan khususnya
produk asli daerahnya. Dalam proses ini meraka dapat berperan sebagai
distributor produk lokal dari daerah asal masing-masing.
Eksistensi produk lokal
daerah terlihat masih sangat kurang tersoroti. Hanya segelintir orang yang tahu
adanya produk unggulan suatu daerah. Disamping karena barang-barang tersebut
sulit ditemui, hal ini juga disebabkan kurangnya fasilitas yang membantu perluasan
pemasarannya, dan juga kurang sadarnya para pemuda masa kini untuk ikut
meningkatkan potensi daerahnya.
Sentralisasi OVOP dapat juga
sekaligus meningkatkan brand produk tersebut. Hal ini mendorong
produsen-produsen produk di daerah pun
akan lebih kreatif dalam menciptakan dan menginovasi produknya juga menjaga dan
meningkatkan kualitas demi peningkatan
penjualan.
HIMADA kampus merupakan himpunan mahasiswa yang menghimpun mahasiswa-mahasiswa
yang berasal dari satu daerah yang sama. Setiap kampus tentu memiliki banyak
HIMADA yanng memfasilitasi program-program guna mendukung peningkatan mutu daerah mereka. Melalui pendekatan OVOP yang
diaplikasikan dalam inkubator bisnis kampus, tentu HIMADA dapat ikut
berpartisipasi dalam meningkatkan prestasi produksi daerah mereka dengan
menjadi distributor produk asli daerah dan dipasarkan di Inkubator bisnis
kampusnya.
Selain untuk memperluas
pasar produksi produk, melalui konsep OVOP ini dapat juga menjadikan Inkubator
bisnis sebagai tempat saling pertukaran informasi suatu daerah dengan daerah
lainnya. Partisipasi HIMADA memegang peran untuk
mengenalkan produk unggulan daerahnya dan dapat memberi kontribusi untuk dan dapat mendongkrak prestasi-prestasi produk
masing-masing daerah. Secara luas efek pengaplikasian OVOP juga dapat
mengurangi beban perluasan distribusi produk di daerah, dan diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan para produsen-produsen melalui perluasan pasar
produknya. Secara makro melalui metode OVOP dengan dipermudah
oleh HIMADA Kampus dalam informasi dan penyaluran produk pada
inkubator bisnis, dapat meningkatkan produksi daerah begitu pula dengan mutu
kewirausahaannya.
Tabel
1.1 HIMADA Kampus Universitas Pendidikan Indonesia
No
|
HIMADA
|
DAERAH ASAL
|
PRODUK
|
1
|
IMT
|
Tasikmalaya
|
Kerajinan
tangan
|
2
|
IKADA
|
Indramayu
|
Makanan
Asinan
|
3
|
FILA
UPI NTB
|
Lombok
(NTB)
|
Assesoris(mutiara)
|
4
|
GALUH
TARUNA
|
Ciamis
|
Galendo,
Sale
|
5
|
ASGAR
|
Garut
|
Dodol (Chocodot)
|
6
|
IMB
|
Bandung
|
Kerajinan Tangan (Miniatur
Angklung)
|
7
|
PERMAIS
|
Subang
|
Dodol Nanas
|
8
|
STUFEN
|
Banten
|
Kerajinan Tangan
|
9
|
PERMASISEL
|
Sumsel
|
Empek-Empek
|
10
|
IMS
|
Sumedang
|
Keripik Tahu
|
Akademisi (Mahasiswa dan Dosen)
Karya tulis ini dapat menjadi bahan yang menarik untuk didskusikan
serta dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk menghasilkan temuan-temuan baru
yang membangun dan bermanfaat untuk
semua pihak terkait. Dalam tataran praktiknya Inkubator bisnis dan
penerapan konsep karya tulis ini, dapat melahirkan generasi entrepreneur muda melalui aplikasi
juga dapat menambah penghasilannya.
Pemerintah
Karya tulis ini dapat dijadikan sebaai referensi untuk mengembangkan
OVOP dalam konteks pemberdayaan HIMADA (Himpunan Mahasiswa Daerah ) di tataran Perguruan Tinggi sehingga secara tidak
langsung Pemerintah turut pula mendukung aktifitas mahasiswa dalam inkubator bisnisnya untuk mengangkat
produk lokal unggulan tiap daerah.
Entrepreneur
Jika konsep yang ada dalam karya tulis ini dapat benar-benar
diimplementasikan, maka manfaat terbesar yang akan diperoleh para
enterpreuneur adalah adanya peningkatan
baik kualitas dan kuantitas penjualan produk mereka, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri terutama dalam menghadapi era ACFTA.
Masyarakat
Karya tulis ini dapat menjadi bahan aplikatif,
meningkatkan produksi usaha daerah, semakin berkembang untuk kemudian dapat
mengembangkan dan menyerap tenaga kerja dari masyarakat, sehingga dapat menjadi
bagian dari peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar