Pages

Minggu, 28 Oktober 2012

MENDONGKRAK PRODUK LOKAL DENGAN PENDEKATAN OVOP MELALUI PEMBERDAYAAN HIMADA (HIMPUNAN MAHASISWA DAERAH) PADA INKUBATOR BISNIS KAMPUS


Ade Suyitno
Curriculum Vitae

Ade Suyitno
Pendiri Indonesian Creative Youth (ICY)
dan Sekolah Alam Kreatif (Creative Nature School) Bandung
085659932860
FB : Ade Suyitno Adeno. TWTR : @adeno.


MENDONGKRAK PRODUK LOKAL DENGAN PENDEKATAN OVOP MELALUI
PEMBERDAYAAN HIMADA (HIMPUNAN MAHASISWA DAERAH) PADA INKUBATOR
BISNIS KAMPUS

Fitranty Adirestuty­­1, Nida Afifah2, Ade Suyitno3. FPEB1,  FPEB2,  FPEB3  
Universitas Pendidikan Indonesia
Jln. Setiabudhi No.128 Bandung

Perdagangan bebas di kawasan Asean atau yang dikenal dengan ACFTA  (Asean China Free Trade Agreement) telah mulai dilakukan di tahun 2010. Dengan  disahkan dan diberlakukannya ACFTA ini, maka para pengusaha dalam negeri harus pintar dan cerdik dalam membaca peluang. Persaingan dalam perdagangan internasional (atau pasar pada umumnya) amat ditentukan pada keunggulan yang dimiliki. Usaha kecil dan menengah atau yang biasa disingkat UKM dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian nasional, hal ini dapat terlihat dari data Kementrian KUKM bahwa Usaha kecil dan menengah yang saat ini jumlahnya sekitar 51,26 juta unit atau 99,91% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia namun keadaanya kini sedang terancam karna masih banyak UKM yang belum memiliki kemampuan yang cukup memadai untuk menghasilkan produk yang bersaing di pasar global.

Salah satu upaya Pemerintah  Indonesia untuk menghadapi era ACFTA ini adalah menerapkan program One Village One Product atau yang biasa disingkat  OVOP. Penerapan OVOP ini digunakan untuk meningkatkan kualitas dan akses pasar industri kecil dan menengah (IKM), Hal ini sesuai dengan Peraturan Menperin Nomor 78 Tahun 2007 tentang Peningkatan Efektifitas Pengembangan IKM Melalui Pendekatan OVOP. Kenyataannya penerapan OVOP selama ini belum seratus persen berhasil dilakukan karena beberapa hal. Menurut Wapres Budiono, Pengembangan OVOP harus dilakukan dengan penelitian yang mendalam mengenai produk apa yang cocok untuk satu desa."Targetnya juga harus jelas." Sebenarnya produk usaha kecil dan menengah banyak yang berkualitas, hanya belum banyak memiliki jaringan baik pasar lokal atau  pasar yang lebih besar, termasuk ke luar negeri.

Suatu alternatif model baru bagaimana mendongkrak produk lokal agar bersaing di tatanan nasional bahkan Internasional melalui pemberdayaan fungsi HIMADA (Himpunana Mahasiswa Daerah) sebagai agent of exchange dan Inkubator bisnis kampus dalam proses perluasan pemasaran, meningkatakan penjualan produk local, sampai pada peningkatkan geliat wirausaha di dalamnya, maupun pengembangan penyerapan tenaga kerja di daerah, sehingga nantinya diharapkan akan terjadi trickle down effect dari Inkubator bisnis yang bekerjasama dengan HIMADA Kampus yang berimbas pada kemajuan UKM di setiap daerah bahkan pada peningkatan pendapatan nasional Negara dengan pendekatan OVOP.

Mendongkrak produk lokal ujung tanduknya adalah peningkatan kualitas produk dan pemasaran yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yang dapat dilakukan adalah melalui Inkubator Bisnis. Peranan Inkubator Bisnis menjadi strategis karena dapat menciptakan lapangan kerja baru, menumbuhkan wirausaha baru, dan dapat menjadi wadah dalam mengimplementasikan berbagai inovasi produk yang dihasilkan oleh berbagai pihak serta sarana kerjasama pemasaran.

Inkubator Bisnis yang dikelola secara profesional dan mendapat dukungan dari Pemerintah dan pihak terkait lainnya, terbukti mampu menciptakan lapangan kerja. (menurut laporan Bank Indonesia –2006, di Uni Eropa, dengan jumlah Inkubator sebanyak 900 telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penciptaan lapangan kerja, yaitu sebanyak 40.000 orang setiap tahun). Inkubator Bisnis telah memberikan nilai tambah terhadap perekonomian melalui percepatan pengembangan usaha baru/pemula dan membantu memaksimalkan pertumbuhannya dimana hal tersebut sulit dicapai tanpa bantuan inkubator.

Sebagian besar (72%) Inkubator Bisnis di Indonesia didirikan oleh Perguruan Tinggi, sedangkan sisanya (28%) didirikan oleh Non-Perguruan Tinggi yang terdiri dari swasta (Yayasan) sebanyak 21% dan lembaga pemerintah 7%. Sementara itu, jika dilihat dari faktor yang menjadi pendorong berdirinya Inkubator Bisnis, sebagian besar (71%) Inkubator Bisnis didirikan karena adanya peluang bisnis, sedangkan sisanya karena inovasi teknologi (29%). Sebagian besar (79%) inkubator memiliki Visi tersendiri secara jelas yang berbeda dengan visi lembaga induk yang menaunginya. Sementara 21% tidak memiliki Visi tersendiri melainkan mengikuti Visi lembaga induk atau yang menaunginya. Sektor ekonomi yang paling banyak menjadi prioritas binaan Inkubator Bisnis berturut turut dari yang paling besar adalah sektor industri kecil dan kerajinan (62%); sektor jasa (19%); sektor pertanian (13%); dan sektor perdagangan (6%).

Berkaitan dengan dimulainya era AFCTA, salah satu upaya Pemerintah  Indonesia untuk menghadapinya adalah menerapkan program One Village One Product atau yang biasa disingkat  OVOP. Penerapan OVOP ini digunakan untuk meningkatkan kualitas dan akses pasar industri kecil dan menengah (IKM), tidak hanya meliputi IKM kerajinan, tapi juga makanan dan minuman, produk herbal, dan interior, dan lain-lain ke tingkat global serta diproduksi secara kontinyu dan konsisten. Kementerian Koperasi dan UKM RI memperluas produk unggulan daerah yang lazim disebut OVOP - One Village One Product--satu desa dengan satu produk unggulan, bahkan lebih satu produk di 100 titik di 33 provinsi berbasiskan peningkatan mutu dan daya saing agar produk unggulan itu bernilai tambah melalui industri pengolahan/processing (value chain), pengepakan, perluasan jaringan pemasaran secara integrasi dan lain-lain hingga tahun 2014. (www.depkop.go.id)

Payung hukum dalam pengembangan OVOP tersebut antara lain UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, UU No.20 tahun 2008 tentang UKM, Inpres No.6 tahun 2007 tentang Percepatan Sektor Riil dan Pembangunan Sektor UMKM yang juga mengamanatkan pengembangan sentra melalui pendekatan OVOP.
Langkah-langkah yang akan di lakukan pemerintah untuk mensukseskan program OVOP, Pada tahun 2011-2012 meliputi peningkatan nilai tambah produk unggulan melaui industri pengolahan melalui dukungan sarana prosesing. Peningkatan akses pasar produk yang dihasilkan melalui temu usaha (business matching) serta desain, paking dan promosi produk lokal, nasional maupun internasional. Kemudian peningkatan suplai chain product unggulan OVOP melalui produk dan pemasaran. Serta pengembangan kapasitas SDM melalui pendampingan,penyuluhan,pelatihan dan studi banding.
Di tahun 2013-2014, peningkatan dan perluasan pendampingan komunitas masyarakat lokal sesuai dengan potensi ekonomi daerah. Terus diperkuat dan ditingkatkan lagi nilai tambah produk melalui industri pengolahan dan paking. Peningkatan promosi ekonomi masyarakat secara menyeluruh (budaya, produk dan potensi alam) di tingkat provinsi serta promosi produk unggulan OVOP secara nasional dan internasional (fairs and events, festival).

Model Optimalisasi Peran Inkubator Bisnis Kampus dan Himada Untuk Mendongkrak produk Lokal

Penerapan OVOP pada Inkubator Bisnis
Dari aspek kelembagaan, replikasi program OVOP nampaknya dapat dikaitkan dengan program sentra bisnis, dimana terjadi pemusatan produk OVOP. Inilah kaitannya dengan Inkubator kampus sebagai sentra melalui pemberdayaan HIMADA nya. Seperti pada umumnya anggota sebuah HIMADA selalu memiliki link yang lebih banyak dan pengetahuan yang lebih matang tentang daerahnya dan khususnya produk asli daerahnya. Dalam proses ini meraka dapat berperan sebagai distributor produk lokal dari daerah asal masing-masing. 
Eksistensi produk lokal daerah terlihat masih sangat kurang tersoroti. Hanya segelintir orang yang tahu adanya produk unggulan suatu daerah. Disamping karena barang-barang tersebut sulit ditemui, hal ini juga disebabkan kurangnya fasilitas yang membantu perluasan pemasarannya, dan juga kurang sadarnya para pemuda masa kini untuk ikut meningkatkan potensi daerahnya.
Sentralisasi OVOP dapat juga sekaligus meningkatkan brand  produk tersebut. Hal ini mendorong produsen-produsen  produk di daerah pun akan lebih kreatif dalam menciptakan dan menginovasi produknya juga menjaga dan meningkatkan kualitas  demi peningkatan penjualan.
HIMADA Kampus Sebagai Solusi Aplikatif Pendekatan OVOP pada Inkubator Bisnis
HIMADA kampus merupakan himpunan mahasiswa yang menghimpun mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari satu daerah yang sama. Setiap kampus tentu memiliki banyak HIMADA yanng memfasilitasi program-program guna mendukung peningkatan mutu daerah mereka. Melalui pendekatan OVOP yang diaplikasikan dalam inkubator bisnis kampus, tentu HIMADA dapat ikut berpartisipasi dalam meningkatkan prestasi produksi daerah mereka dengan menjadi distributor produk asli daerah dan dipasarkan di Inkubator bisnis kampusnya.
Selain untuk memperluas pasar produksi produk, melalui konsep OVOP ini dapat juga menjadikan Inkubator bisnis sebagai tempat saling pertukaran informasi suatu daerah dengan daerah lainnya. Partisipasi HIMADA memegang peran untuk mengenalkan produk unggulan daerahnya dan dapat memberi kontribusi untuk dan dapat mendongkrak prestasi-prestasi produk masing-masing daerah. Secara luas efek pengaplikasian OVOP juga dapat mengurangi beban perluasan distribusi produk di daerah, dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para produsen-produsen melalui perluasan pasar produknya. Secara makro melalui metode OVOP dengan dipermudah oleh HIMADA Kampus dalam informasi dan penyaluran produk pada inkubator bisnis, dapat meningkatkan produksi daerah begitu pula dengan mutu kewirausahaannya.

Tabel 1.1 HIMADA Kampus Universitas Pendidikan Indonesia
No
HIMADA
DAERAH ASAL
PRODUK
1
IMT
Tasikmalaya
Kerajinan tangan
2
IKADA
Indramayu
Makanan Asinan
3
FILA UPI NTB
Lombok (NTB)
Assesoris(mutiara)
4
GALUH TARUNA
Ciamis
Galendo, Sale
5
ASGAR
Garut
Dodol (Chocodot)
6
IMB
Bandung
Kerajinan Tangan (Miniatur Angklung)
7
PERMAIS
Subang
Dodol Nanas
8
STUFEN
Banten
Kerajinan Tangan
9
PERMASISEL
Sumsel
Empek-Empek
10
IMS
Sumedang
Keripik Tahu




Akademisi (Mahasiswa dan Dosen)
Karya tulis ini dapat menjadi bahan yang menarik untuk didskusikan serta dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk menghasilkan temuan-temuan baru yang  membangun dan bermanfaat untuk semua pihak terkait. Dalam tataran praktiknya Inkubator bisnis dan penerapan konsep karya tulis ini, dapat melahirkan generasi entrepreneur muda melalui aplikasi juga  dapat menambah penghasilannya.  
Pemerintah
Karya tulis ini dapat dijadikan sebaai referensi untuk mengembangkan OVOP dalam konteks pemberdayaan HIMADA (Himpunan Mahasiswa Daerah ) di tataran Perguruan Tinggi sehingga secara tidak langsung Pemerintah turut pula mendukung aktifitas mahasiswa dalam inkubator bisnisnya untuk mengangkat produk lokal unggulan tiap daerah.
Entrepreneur
Jika konsep yang ada dalam karya tulis ini dapat benar-benar diimplementasikan, maka manfaat terbesar yang akan diperoleh para enterpreuneur  adalah adanya  peningkatan  baik kualitas dan kuantitas penjualan produk mereka, baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama dalam menghadapi era ACFTA.
Masyarakat
Karya tulis ini dapat menjadi bahan aplikatif, meningkatkan produksi usaha daerah, semakin berkembang untuk kemudian dapat mengembangkan dan menyerap tenaga kerja dari masyarakat, sehingga dapat menjadi bagian dari peningkatan kesejahteraan masyarakat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar