PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE (TPS)
PADA MATA PELAJARN EKONOMI
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan suatu program pembelajaran. Pembelajaran yang
dilakukan di indonesia rata-rata masih menggunakan metode konvensional, hal ini
disebabkan oleh siswa yang tidak bisa mandiri. Metode pembelajaran yang kurang
bervariasi menyebabkan siswa merasa bosan belajar. Selain itu tingkat
pengetahuan yang dimiliki perserta didik masih diperlukan pengawasan yang cukup
dari guru. Dengan metode ceramah kebanyakan siswa tidak dapat berkembang dan
kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran serta pengetahuan yang diterima
siswa kurang meluas. Pada umumnya guru masih menggunakan metode
konvensional (ceramah), membahas LKS, dan tanya jawab, yang mana dalam tanya
jawab tersebut hanya siswa tertentu saja yang mau bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru sehingga pembelajaran kurang bervariasi. Hal tersebut
menyebabkan siswa merasa bosan dan cenderung meremehkan guru dengan ramai
sendiri bersama teman sebangkunya, maka akan membuat motivasi belajar siswa
rendah.
Rendahnya motivasi belajar ekonomi dan sikap siswa tersebut berdampak
terhadap hasil belajar. Selain itu, pembelajaran yang digunakan guru masih
bersifat tradisional. Pada materi tertentu terkadang menggunakan diskusi, namun
sebatas diskusi konvensional, sehingga sering dijumpai siswa yang masih
tergantung pada teman atau guru dan siswa cenderung malas untuk berfikir. Untuk
mengatasi permasalahan di atas, diperlukan suatu metode pembelajaran yang
melibatkan peran aktif siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi
belajar, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Upaya
peningkatan motivasi dan hasil belajar ekonomi siswa dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif model Think Pair Share(TPS).
Think Pair Share (TPS) merupakan suatu
teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa
juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair
Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Think Pair Share (TPS)
sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan,
yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai
satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa
dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student
oriented).
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan sebelumnya dan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran inovatif yang dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan
proses interaksi di antara individu yang dapat digunakan sebagai sarana
interaksi sosial di antara siswa dan sekaligus menjawab masalah yang ada dalam
proses pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran
Kooperatif Model Think-Pair-Share (TPS)
Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir,
berpasangan, berbagi merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif. Model Think-Pair-Share (TPS) tumbuh dari
penelitian pembelajaran kooperatif, model Think-Pair-Share
(TPS) dapat juga disebut sebagai model belajar mengajar berpasangan. Model ini
pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland Think-Pair-Share (TPS) sebagai struktur
kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberikan kesempatan siswa
untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan siswa lain.
Model pembelajaran Think-Paire-Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan
kawan-kawan dari Universitas Maryland tahun 1985. Think-Paire-Share
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang
memberi kesempatan kepada pada untuk siswa untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model pembelajaran ini, yaitu
mampu mengoptimalkan partisipasi siswa (Lie, 2004:57).
Think-Pair-Share memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak pada siswa untuk
berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model Think-Pair-Share (TPS) sebagai ganti dari tanya jawab seluruh
kelas. Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share
(TPS) memiliki langkah-langkah tertentu.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Paire-Share adalah:
- Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
- Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas sendiri.
- Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
- Kedua
pasangan bertemu kemnali dalam kelompok berempat. Siswa berkesempatan
untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004:58).
Tahap utama dalam pembelajaran Think-Paire-Share menurut Ibrahim (2000:26-27) adalah sebagai berikut:
Tahap 1. Thinking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara
mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2. Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa
yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap
anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka
dengan merumuskan jawaban yang dianggap paling benar atau paling
meyakinkan.
Tahap 3. Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan
seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan, keterampilan
berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan
yang secara sukarela bersedia melapirkan hasil kerja kelompoknya atau
bergiliran dengan pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah
mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa,
karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan
berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya. Selanjutnya pasangan-pasangan
tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok
yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah:
- Memungkinkan
siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh
pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk
memikirkan materi yang diajarkan.
- Siswa
akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran
dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
- Siswa
lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam
kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
- Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
- Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12).
Pembelajaran
kooperatif Model think pair share pada pembelajaran ekonomi
Kegiatan belajar mengajar di
sekolah dapat berjalan dengan baik jika ditunjang oleh berbagai komponen
pembelajaran yang efektif dan memadai, disamping itu guru sebagai pengajar
sekaligus pendidik dituntut untuk lebih kreatif dan selektif didalam memilih
metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Penerapan
metode pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share
(TPS) merupakan salah satu metode kooperatif yang efektif yang sangat baik untuk diterapkan seorang
guru guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Disamping itu penerapan metode
pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS)
siswa dituntut untuk mengolah terlebih dahulu kemampuannya sendiri setelah itu
baru masing-masing siswa diminta untuk saling berpasangan dengan teman
sebangkunya untuk mendiskusikan hasil fikirannya, dan pada akhirnya
pasangan-pasangan itu diminta untuk saling berbagi jawaban dengan teman
sekelasnya melalui mekanisme diskusi. Pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) menuntut
keterlibatan, kerjasama dan gotong-royong dalam proses pelaksanaanya sehingga
terjadi interaksi, komonikasi antar siswa, penguasaan materi dalam proses
pembelajaran lebih berhasil hal ini sangat cocok untuk beberapa pembahasan di
pelajaran ekonomi.
Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh
Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS relatif rendah dan
struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan
siswa yang baru belajar kolaboratif. TPS merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki
siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota).
TPS memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus
regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Namun, tahapan TPS dimasukkan
sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim. Adapaun siklus regular
pembelajaran yang dimaksud adalah :
1.
Tahapan pengajaran
2.
Tahapan belajar tim
3.
Tahapan tps
4.
Tahapan penilaian
5.
Tahapan rekognisi/penghargaan.
Dalam TPS, guru menantang dengan pertanyaan terbuka
dan memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan pertanyaan itu.
Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa untuk mulai merumuskan
jawaban dengan mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian
berpasangan dengan satu anggota kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk
di dekatnya dan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama beberapa
menit.
Guru dalam hal ini dapat mengatur pasangan yang tidak
sekelompok untuk menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. Struktur TPS
memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk mendiskusikan ide-ide
mereka. Hal ini penting karena siswa mulai untuk membangun pengetahuan
mereka dalam diskusi ini, di samping untuk mengetahui apa yang mereka dapat
lakukan dan belum ketahui. Proses aktif ini biasanya tidak tersedia bagi siswa
dalam pembelajaran tradisional hal ini sangat
cocok untuk beberapa pembahasan di pelajaran ekonomi.
Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak
pasangan yang ingin berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan
meminta inisiatif siswa. Siswa biasanya lebih rela untuk merespon setelah
mereka memiliki kesempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman
sekelas karena jika jawabannya salah, rasa malu dapat dirasakan bersama. Selain
itu, tanggapan yang diterima sering lebih intelektual sehingga melalui proses
ini siswa dapat mengubah atau merefleksi ide-ide mereka.
Struktur TPS juga meningkatkan keterampilan komunikasi
lisan siswa ketika mereka mendiskusikan ide-ide mereka dengan satu sama lain.
“Intermezzo” singkat ini juga dapat dijadikan kesempatan yang tepat bagi guru
untuk membahas konsep yang akan didiskusikan atau dipelajari siswa pada periode
berikutnya. Salah satu variasi dari struktur TPS ini adalah siswa dapat
menuliskan pikiran mereka di sebuah kartu dan mengumpulkannya. Kemudian guru
memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk melihat apakah ada masalah
dalam pemahaman mereka.
Dalam Implementasinya secara teknis Howard (2006)
mengemukakan lima langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TPS, sebagai
berikut:
Step 1 : Guru memberitahukan sebuah topik dan
menyatakan berapa lama setiap siswa akan berbagi informasi dengan pasangan
mereka.
Step 2 : Guru akan menetapkan
waktu berpikir secara individual.
Step 3 : Dalam pasangan, pasangan
A akan berbagi; pasangan B akan mendengar.
Step 4 : Pasangan B kemudian akan merespon pasangan
A.
Step 5 : Pasangan berganti peran.
Pembelajaran kooperatif besar karena otak yang berbeda
memungkinkan untuk berkonsentrasi pada ide-ide yang sama. Semua siswa berasal
dari orang tua yang berbeda dan karena itu mereka memiliki kekuatan dalam
bidang yang berbeda, sehingga hal ini cocok untuk pembelajaran kooperatif.
Dalam Pembelajaran TPS, jika siswa tidak kuat dalam sebuah topik, atau tidak
sepenuhnya memahami konsep ide, pasangan mereka dapat membantu memahami dan
menjelaskannya kepada mereka. Jika siswa masih tidak mengerti mereka bisa
mencoba untuk memberi pemahaman secara sederhana dan akrab. Biasanya dua otak
bekerja lebih baik dari pada satu.
Pembelajaran TPS dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Membantu siswa untuk respek pada
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir
sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.
Pembelajaran TPS juga mengembangkan keterampilan, yang
sangat penting dalam perkembangan dunia saat ini. Pembelajaran TPS bisa
mengajarkan orang untuk bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya
kegiatan praktik perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja
sama, dua orang dapat menyelesaikan sesuatu lebih cepat hal ini sangat cocok untuk beberapa pembahasan di pelajaran
ekonomi.
Aplikasi Pembelajarann Kooperatif TPS pada RPP Ekonomi :
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) EKONOMI
SMA N 2 BANDUNG
Mata Pelajaran :
Ekonomi
Kelas/
Semester : X / 2
Pertemuan Ke :
16
Waktu :
1 X Pertemuan (2 X 45 Menit}
Pengajar : Ade Suyitno
I.
STANDAR KOMPETENSI
4. Memahami
kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi
II.
KOMPETENSI DASAR
4.1 Mendeskripsikan masalah-masalah yang dihadapi
pemerintah di bidang ekonomi
4.2 Mengidentifikasi
kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.
III.
MATERI POKOK
A.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh pemerintah dalam
bidang ekonomi:
·
Kemiskinan
Kemiskinana merupakan salah satu masalah yang dihadapai
oleh Negara Indonesia.
·
Pengangguran
Penggangguran terjadi karena lapangan kerja yang tersedia
tidak mampu menampung orang yang sudah masuk angkatan kerja.
·
Kesenjangan distribusi pendapatan
Kesenjangan distribusi pendapatan menunjukan perbedaan
yang mencolok antara golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan
masyarakat yang berpenghasilan tinggi.
·
Ketimpangan neraca perdagangan internasional.
B.
Kebijakan ekonomi pemerintah:
Pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah merupakan
suatu proses multidimensional untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi.
Kebijakan tersebut mencakup segala aspek ekonomi maupun non ekonomi.
· Sasaran kebijakan
ekonomi
Menentukan sasaran
yang akan dicapai dan kebijakan ekonomi
· Strategi kebijakan
ekonomi
Untuk mencpai
sasarannya, kebijakan ekonomi diarahkan pada:
1. Peningkatan output
yang tinggi dan terus-menerus
2. Peningkatan penggunaan
tenaga kerja tinggi dan penurunan pengangguran
3.
Pengurangan dan pemberantasan kemiskinan serta
ketimpangan distribusi pendapatan
4.
Perubahan sosial, sikap mental dan tingkah laku
masyarakat serta lembaga pemerintah
· Bentuk kebijakan
ekonomi
Pemasalahn ekonomi yang dihadapi tersebut diatasi dengan
beberapa kebijakan nyata.
Kebijakan untuk mengatasi kemiskinan
· Kebijakan pemenuhan
hak-hak dasar masyarakat
· Pembangunan
pertanian dan usaha kecil
· Pembangunan sumber
daya manusia
· Peranan lembaga
swadaya masyarakat
Kebijakan untuk mengatasi penggaguran
· Meningkatkan
program padat karya
· Mendirikan balai
latihan keterampilan
· Meningkatkan
industrialisasi
· Menggiatkan program
keluarga berencana
Kebijakan untuk mengatasi kesenjangan distribusi
pendapatan
Program kebijakan pemerataan distribusi pendapatan
ditunjukan untuk menaikan produktivitas tenaga kerja
IV.
INDIKATOR
4.2.1
Mendeskripsikan masalah-masalah yang dihadapi pemerintah dibidang ekonomi
4.2.2
Menentukan alternatif memecahkan masalah yang dihadapi
pemerintah dibidang ekonomi
V.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan memiliki :
1.
Siswa dapat mendeskripsikan permasahalan dalam bidang ekonomi
2.
Siswa dapat mengidentifikasi kebijakan pemerintah untuk mengatasi
permasalahan di bidang ekonomi
VI.
METODE/ MODEL PEMBELAJARAAN
Pendekatan : Student Center Approach
Model : Cooperative Learning
Metode : Ceramah dan Think Pair Share (TPS)
VII.
KEGIATAN PEMBELAJARAAN
LANGKAH
|
KEGIATAN
|
WAKTU
|
1. Orientasi
|
Guru memberi salam, mengkondisikan kelas untuk memusatkan
perhatian siswa, mengecek kehadiran siswa, dan guru memeriksa kesiapan
ruangan, alat atau media pembelajaran.
|
5’
|
2. Appersepsi
|
Guru memberikan pertanyaan tentang materi yang telah
diberikan.
|
3. Motivasi
|
Guru memberikan ilustrasi model/ kasus yang mengarah
pada materi yang akan dibahas
|
10’
|
4. Eksplorasi dan konsolidasi
|
Langkah-langkah:
1.
Guru Menyampaikan kompetensi/ indikator yang ingin
dicapai.
2.
Guru menjelaskan gambaran umum permasalahan di bidang ekonomi.
3.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk membaca dan memahami materi.
4.
Guru siswa ke dalam kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari 2 orang yaitu
teman satu meja yang
masing-masing kelompok akan mendapat artikel studi kasus.
5.
Masing-masing kelompok berupaya untuk mencari berbagai jawaban dari soal yang di buat kelompok lain.
6.
Siswa dengan pasangannya akan mempresentasikan hasil pembahasan atas
permasalahan yang di dapat.
7.
Siswa yang lain dipersilahkan untuk menanggapi hasil
persentasi setiap kelompok
8.
Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi kelompok
|
50’
|
5. Evaluasi
|
Siswa menjawab
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan indikator yang
telah dibahas, guru memberikan penilaian
|
10’
|
6. Refleksi
|
Seorang siswa mewakili kelas dipersilahkan untuk
menyampaikan pesan dan kesan yang dialami selama PBM
|
5’
|
7. Penugasan
|
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di
rumah berkaitan dengan :
a.
Siswa mengklasifikasikan permasalahan di bidang ekonomi yang ada di sekitar lingkungan tempat
tinggalnya.
b.
Mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan
yang akan datang
|
10’
|
VIII. SUMBER DAN ALAT PEMBELAJARAN
·
Referensi buku ekonomi kelas X :
1.
Supriyanto (2012). Ekonomi SMA untuk Kelas X. Masmedia. Sidoarjo
2.
Mintiyasih Indriayu ( 2009). Ekonomi SMA X. Jakarta
3.
Ahman,
Eeng. (2007). Ekonomi SMA Kelas X.
Grafindo : Bandung
4.
Alam.
(2007). Ekonomi SMA Kelas X. Esis :
Jakarta
·
Masyarakat sekitar, kantin, koperasi dll
·
Keluarga siswa
·
Koran/ Majalah/ Gambar/ CD Pembelajaran
·
Alat pembelajaran : LCD dan Laptop
IX.
PENILAIAN
Prosedur : Penilaian dilakukan selama proses
dan setelah
kegiatan
pembelajaran
Bentuk Tagihan : Tes Tertulis dan Penugasan.
Jenis Tagihan : Tugas Individu dan kelompok
Bntuk
Instrument : Presentasi, Uraian dan pilihan
ganda, Hasil diskusi dikelas,
Hasil lembar kerrja Tugas Rumah Individu dan
Kelompok
Pembobotan
Nilai :
BENTUK
PENILAIAN
|
SOAL
|
NILAI
|
JUMLAH
|
Pilihan ganda
|
Satu
soal
|
1
|
10
|
Jawaban Uraian
|
1
|
1
|
10
|
2
|
2
|
3
|
2
|
4
|
2
|
5
|
3
|
Skor Tertinggi =
PG + Esai/2 = 10
Penilaian proses diskusi dan keaktifan
siswa :
No
|
Nama
|
Aspek yang dinilai
|
Keterangan
|
Mengemukakan
Ide / pertanyaan / jawaban
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
3
|
|
|
|
4
|
|
|
|
5
|
|
|
|
Kepustakaan Jurnal:
Anita, Lie. 2004. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT.Gransindo
Hartina. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Paire Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA
Negeri 5 Makassar (Studi pada Materi Pokok Laju Reaksi). Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA, UNM.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University Press
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Konstekstual (Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.