Pages

Sabtu, 20 April 2013

Inflasi di Bulan Ramadhan, Mengapa Terjadi?

Oleh ADE SUYITNO
(Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FPEB UPI)

Bulan Ramadhan tiba, mayoritas Muslim di indonesia menyambut dengan gembira dan mulai fokus mempersiapkan diri, baik secara jasmani, mental maupun material untuk menghadapi bulan suci ini. Persiapan yang paling mudah diamati adalah perbekalan material di mana masyarakat mulai membeli persediaan sembako secara khusus, bahkan ada pula sebagian masyarakat yang mulai membeli perlengkapan dan pakaian yang akan dikenakandi hari Idulfitri. Hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Indonesia.

Berkenaan dengan persiapan material di bulan Ramadhan yang cenderung meningkatkan komsumsi masyarakat, hal yang menarik untuk diketahui adalah terjadinya inflasi menjelang dan selama ramadhan yang terjadi rutin setiap tahun. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan, mengatakan bahwa ada inflasi akan naik pada bulan Juli 2012, menjelang bulan Ramadhan. Itu sebabnya BPS meminta pemerintah mengantisipasi kenaikan harga pada sejumlah bahan pohok dalam kisaran antara 0,65% sampai 1%. Kemudian data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, inflasi pada Juni 2012 mencapai 0,62 persen, dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan yang melonjak. Adapun, inflasi tahun kalender pada enam bulan pertama tahun ini masih sebesar 1,79 persen dengan tingkat inflasi secara year on year mencapai 4,53 persen. Kemudian juga kita bisa melihat histori inflasi di bulan ramadhan yang terjadi di tahun sebelumnya sebagai berikut:
Inflasi dalam ilmu ekonomi memiliki definisi, suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinyu) dalam waktu tertentu. Inflasi berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinyu.

Ada beberapa faktor sehingga inflasi terjadi menjelang dan berlangsungnya bulan Ramadhan. Pertama, adanya kecenderung­an masyarakat membeli bahan makanan lebih tinggi dari bulan biasanya. Kedua, kenaikan harga yang biasa terjadi setiap tahun mendorong konsumen melakukan spekulasi dengan penimbunan bahan makanan karena takut melonjaknya harga secara tiba-tiba. Tiga, kenaikan harga dari produsen karena menjelang Ramadhan permintaan meningkat. Empat, kenaikan harga yang disebabkan tren ikut-ikutan naiknya harga sewa, transportasi distribusi, dll.
Kalau kita bicara normatif, seharusnya puasa menjadikan harga sembako turun, karena orang  yang berpuasa lebih sedikit aktivitas komsumsi, karena siangnya dilarang makan. Akan tetapi kenyataanya lain, fenomena yang terjadi, orang yang berpuasa inginnya menu yang spesial, setelah seharian menahan lapar dan haus. Karena itulah, wajar jika dalam bulan tersebut tingkat komsumsi bertambah pada malam hari. Hal itu juga sebagai pemicu meningkatnya permintaan bahan pokok oleh masyarakat.

Ada beberapa orang menyatakan  bahwa fenomena itu wajar, karena  hal itu sudah rutin terjadi setiap memasuki dan berlangsungnya Ramadhan. Namun permasalahannya jika hal ini terus dibiarkan tanpa ada solusi, maka akan menjadi kebiasaan yang tidak baik dan hanya menguntungkan beberapa pihak serta masyarakat yang sebagian besar hanya bertindak sebagai konsumen mendapatkan kerugian karena naiknya harga komoditas. Permasalahan inflasi ini tentunya menjadi masalah penting ketika melihat angka kemiskinan di Indonesia mencapai 30 juta penduduk.


Walau uraian di atas berkenaan dengan inflasi terjadi setiap tahun, tetapi kehadiran Ramadhan tetap disambut dengan gembira muslim yang ekonomi berada dan sebagian Muslim yang dhuafa menyambut Ramadhan dengan sangat gembira pula tetapi penuh kekhawatiran. Kekhawatiran akan ketersediaan apakah bisa berbuka dan sahur dengan baik karena penghasilannya tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok yang kemudian dibentrokkan dengan harga sembako yang semakin mahal yang telah menjadi kebiasaan di indonesia menjelang ramadhan sampai hari raya tren harga menjadi naik karena tingkat konsumsi masyarakat meningkat terutama pada komoditi pokok.

Sudah seharunya kita melakukan evaluasi tentang hal ini walaupun tidak bisa dihilangkan, setidaknya inflasi bisa ditekan seminimal mungkin supaya inflasi tidak meningkat setinggi-tingginya dan jangan dibiarkan momen ini dimanfaatkan oknum produsen dan pedagang menimbun stok di gudang di tengah permintaan konsumen yang naik. Pada akhirnya, produsen bisa seenaknya mempermainkan harga semaksimal mungkin dengan alasan stok barang sedikit.

Solusi yang bisa diaplikasikan dengan mudah untuk menekan inflasi di bulan Ramadhan adalah pertama, membeli kebutuhan pokok seperti biasa jangan melakukan penimbunan menjelang Ramadan dan mulai berhemat.  Kedua, membeli barang substitusi atau pengganti yang sama fungsinya jika ada beberapa bahan pokok harganya cenderung naik tinggi menjelang Ramadhan.  Ketiga, melakukan skala prioritas atas komoditas yang akan dikomsumsi dan lebih baik mengutamakan membeli bahan-bahan pokok yang menjadi kebutuhan secukupnya dan kurangi komsumsi pelengkap.

Upaya di atas tentunya juga berkenaan inflasi menjelang Ramadhan ini akan optimal melalui peran pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama. Pemerintah melalui pihak terkait harus menyediakan stok yang cukup dan melakukan operasi pasar selama Ramadhan serta menyosialikan program yang berkenaan dengan upaya menekan inflasi kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar