Oleh ADE SUYITNO
(Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FPEB UPI)
Bulan Ramadhan tiba, mayoritas Muslim di indonesia menyambut dengan
gembira dan mulai fokus mempersiapkan diri, baik secara jasmani, mental
maupun material untuk menghadapi bulan suci ini. Persiapan yang paling
mudah diamati adalah perbekalan material di mana masyarakat mulai
membeli persediaan sembako secara khusus, bahkan ada pula sebagian
masyarakat yang mulai membeli perlengkapan dan pakaian yang akan
dikenakandi hari Idulfitri. Hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat
di Indonesia.
Berkenaan dengan persiapan material di bulan Ramadhan yang cenderung
meningkatkan komsumsi masyarakat, hal yang menarik untuk diketahui
adalah terjadinya inflasi menjelang dan selama ramadhan yang terjadi
rutin setiap tahun. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan,
mengatakan bahwa ada inflasi akan naik pada bulan Juli 2012, menjelang
bulan Ramadhan. Itu sebabnya BPS meminta pemerintah mengantisipasi
kenaikan harga pada sejumlah bahan pohok dalam kisaran antara 0,65%
sampai 1%. Kemudian data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan,
inflasi pada Juni 2012 mencapai 0,62 persen, dipicu oleh kenaikan harga
bahan pangan yang melonjak. Adapun, inflasi tahun kalender pada enam
bulan pertama tahun ini masih sebesar 1,79 persen dengan tingkat inflasi
secara year on year mencapai 4,53 persen. Kemudian juga kita
bisa melihat histori inflasi di bulan ramadhan yang terjadi di tahun
sebelumnya sebagai berikut:
Inflasi dalam ilmu ekonomi memiliki definisi, suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinyu) dalam
waktu tertentu. Inflasi berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau
bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinyu.
Ada beberapa faktor sehingga inflasi terjadi menjelang dan berlangsungnya bulan Ramadhan. Pertama, adanya kecenderungan masyarakat membeli bahan makanan lebih tinggi dari bulan biasanya. Kedua,
kenaikan harga yang biasa terjadi setiap tahun mendorong konsumen
melakukan spekulasi dengan penimbunan bahan makanan karena takut
melonjaknya harga secara tiba-tiba. Tiga, kenaikan harga dari produsen karena menjelang Ramadhan permintaan meningkat. Empat, kenaikan harga yang disebabkan tren ikut-ikutan naiknya harga sewa, transportasi distribusi, dll.
Kalau kita bicara normatif, seharusnya puasa menjadikan harga sembako
turun, karena orang yang berpuasa lebih sedikit aktivitas komsumsi,
karena siangnya dilarang makan. Akan tetapi kenyataanya lain, fenomena
yang terjadi, orang yang berpuasa inginnya menu yang spesial, setelah
seharian menahan lapar dan haus. Karena itulah, wajar jika dalam bulan
tersebut tingkat komsumsi bertambah pada malam hari. Hal itu juga
sebagai pemicu meningkatnya permintaan bahan pokok oleh masyarakat.
Ada beberapa orang menyatakan bahwa fenomena itu wajar, karena hal
itu sudah rutin terjadi setiap memasuki dan berlangsungnya Ramadhan.
Namun permasalahannya jika hal ini terus dibiarkan tanpa ada solusi,
maka akan menjadi kebiasaan yang tidak baik dan hanya menguntungkan
beberapa pihak serta masyarakat yang sebagian besar hanya bertindak
sebagai konsumen mendapatkan kerugian karena naiknya harga komoditas. Permasalahan inflasi ini tentunya menjadi masalah penting ketika melihat
angka kemiskinan di Indonesia mencapai 30 juta penduduk.
Walau uraian di atas berkenaan dengan inflasi terjadi setiap tahun,
tetapi kehadiran Ramadhan tetap disambut dengan gembira muslim yang
ekonomi berada dan sebagian Muslim yang dhuafa menyambut Ramadhan dengan
sangat gembira pula tetapi penuh kekhawatiran. Kekhawatiran akan
ketersediaan apakah bisa berbuka dan sahur dengan baik karena
penghasilannya tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok yang kemudian
dibentrokkan dengan harga sembako yang semakin mahal yang telah menjadi
kebiasaan di indonesia menjelang ramadhan sampai hari raya tren harga
menjadi naik karena tingkat konsumsi masyarakat meningkat terutama pada
komoditi pokok.
Sudah seharunya kita melakukan evaluasi tentang hal ini walaupun
tidak bisa dihilangkan, setidaknya inflasi bisa ditekan seminimal
mungkin supaya inflasi tidak meningkat setinggi-tingginya dan jangan
dibiarkan momen ini dimanfaatkan oknum produsen dan pedagang menimbun
stok di gudang di tengah permintaan konsumen yang naik. Pada akhirnya,
produsen bisa seenaknya mempermainkan harga semaksimal mungkin dengan
alasan stok barang sedikit.
Solusi yang bisa diaplikasikan dengan mudah untuk menekan inflasi di bulan Ramadhan adalah pertama, membeli kebutuhan pokok seperti biasa jangan melakukan penimbunan menjelang Ramadan dan mulai berhemat. Kedua,
membeli barang substitusi atau pengganti yang sama fungsinya jika ada
beberapa bahan pokok harganya cenderung naik tinggi menjelang Ramadhan. Ketiga,
melakukan skala prioritas atas komoditas yang akan dikomsumsi dan lebih
baik mengutamakan membeli bahan-bahan pokok yang menjadi kebutuhan
secukupnya dan kurangi komsumsi pelengkap.
Upaya di atas tentunya juga berkenaan inflasi menjelang Ramadhan ini
akan optimal melalui peran pemerintah dan masyarakat secara
bersama-sama. Pemerintah melalui pihak terkait harus menyediakan stok
yang cukup dan melakukan operasi pasar selama Ramadhan serta
menyosialikan program yang berkenaan dengan upaya menekan inflasi kepada
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar